Oleh : Ahmad Usman
Dosen Universitas Mbojo Bima
INIPASTI.COM, Kepemimpinan inovatif adalah pemimpin yang tidak pernah cepat puas dengan pencapaian hasil kinerjanya. Dia akan terus-menerus menciptakan peluang dan ide baru. Pemimpin dan inovasi adalah dua hal yang selalu beriringan. Artinya di mana ada pemimpin, maka di sana ada inovasi dan gagasan baru. Tugas seorang pemimpin adalah mengamati perubahan itu dan menyiapkan diri dan institusinya untuk menghadapi perubahan yang akan terjadi (Nuraeni, dkk., 2023).
Kepemimpian yang inovatif adalah karakter kepemimpinan yang memungkinkan inovasi lahir dan tumbuh subur di organisasi atau perusahaan yang ia pimpin. Di sana pemimpin harus membangun nilai-nilai, standar, dan orientasi inovasi secara menyeluruh pada semua proses, kinerja, dan alur yang kita bangun yang pada akhirnya melahirkan produk atau layanan yang inovatif (Ocasal, et al., 2022). Kepemimpinan inovatif tidak hanya mencakup aspek inspirasi dan motivasi, tetapi juga integrasi elemen-elemen kreatif dan solutif untuk menghadapi tantangan yang kompleks (Brodny, et al., 2023).
Kepemimpinan inovatif memainkan peran penting dalam memotivasi, mengarahkan, dan memastikan budaya dan proses inovasi selaras dengan tujuan strategis dan sumber daya organisasi melalui penciptaan hasil inovasi yang dapat memberikan suatu insentif atau penghargaan (Alateeg & Alhammadi, 2024).
Kepemimpinan inovatif memiliki peran signifikan dalam membentuk budaya organisasi yang mendukung peningkatan kinerja. Kepemimpinan yang inovatif ditandai oleh kemampuan untuk merangsang kreativitas dan inovasi di antara anggota organisasi, mendukung pengambilan risiko yang terukur, serta memfasilitasi proses adaptasi terhadap perubahan lingkungan. Budaya organisasi yang muncul dari kepemimpinan inovatif cenderung mempromosikan kolaborasi, pembelajaran berkelanjutan, dan orientasi pada hasil (Zega, 2024).
Syahrul (Safitri dan Prasetyo, 2022) menyatakan bahwa pemimpin yang inovatif adalah mereka yang menciptakan hal baru, dan berani mengambil resiko berlandaskan paradigma dan konsepsi positif dengan memberikan kepercayaan kepada pengikutnya untuk mengambil peran dan menjadi bagian dari perubahan.
Sifat Kepemimpinan Yang Inovatif
Seseorang yang memiliki kepemimpinan inovatif hampir tidak cepat puas dengan kinerja yang dicapai suatu organisasi. Dia ingin selalu terus belajar dan mencari temuan temuan baru yang unik. Gagasan gagasan baru hampir tak pernah berhenti. Hal ini karena rasa ingin tahu begitu besarnya kemampuan berimajinasi sangat dominan dalam menciptakan sesuatu yang baru. Pemimpin model ini menyadari tidak mungkin proses penemuan inovasi baru bisa dilakukan sendiri. Karena itu dia selalu mendorong para karyawannya untuk berpikir dan mengembangkan gagasan gagasan baru yang inovatif.
Dalam sebuah penelitian, yang berjudul “10 Traits of Innovative Leaders” oleh Jack Zenger dan Joseph Folkman (Salasiah, 2022) menyimpulkan 10 sifat kepemimpinan yang inovatif, yaitu : 1) Unggul dalam menampilkan visi strategis (strategic vision); 2) Memiliki fokus yang kuat pada customer (customer oriented); 3) Menciptakan iklim saling percaya (mutual trust); 4) Menunjukkan komitmen pada organisasi dan customer (true); 5) Mereka mendengar inovasi dari level bawah (listen); 6) Persuasif (persuasive); 7) Mengatur jangkauan dengan sangat baik (achievable); 8) Menekankan kecepatan (speed); 9) Terbuka dalam berkomunikasi (open); dan 10) Menginspirasi dan memotivasi (inspirative).
Strategi Kepemimpinan Inovatif
Pemimpin yang inovatif merupakan pemimpin yang memiliki visi, kompetensi, dan keterampilan, tidak hanya berfokus pada diri pimpinan itu sendiri, namun pemimpin yang inovatif mampu meningkatkan kemampuan atau kapasitas inovasi di organisasi (Banerjee, et al., 2016). Kepemimpinan inovatif dapat mempengaruhi visi, arah kebijakan strategis, praktik dan pengambilan keputusan untuk mengatasi permasalahan di organisasi.
Salah satu faktor yang ikut menentukan efektivits pelaksanaan program perubahan sosial adalah ketetapan penggunaan strategi. Akan tetapi, memilih strategi yang tepat bukan pekerjaan yang mudah. Sukar untuk memilih satu strategi tertentu guna mencapai tujuan atau target perubahan sosial tertentu.
Ada 4 strategi kepemimpinan inovatif menurut (Rusdiana, 2014).
Pertama, strategi fasilitatif. Strategi fasilitatif digunakan untuk memperbarui bidang pendidikan. Misalnya memerlukan perubahan atau pembaharuan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Jika untuk keperluan tersebut digunakan pendekatan fasilitatif, program pembaharuan yang dilaksanakan menyediakan berbagai macam fasilitas dan sarana yang diperlukan. Sekalipun demikian, fasilitas dan sarana itu tidak akan bermanfaat dan menunjang perubahan jika guru atau pelaksanaan pendidikan sebagai sasaran perubahan tidak memahami masalah pendidikan yang dihadapi.
Kedua, strategi pendidikan. Perubahan sosial didefinisikan sebagai pendidikan atau pengajaran kembali (re-education). Pendidikan juga dipakai sebagai strategi untuk mencapai tujuan perubahan sosial. Dengan menggunakan strategi pendidikan, perubahan sosial dilakukan dengan cara menyampaikan fakta dengan maksud penggunaan fakta atau informasi untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan. Dasar pemikirannya adalah manusia akan mampu untuk membedakan fakta serta mémilihnya guna mengatur tingkah lakunya apabila fakta ditunjukkan kepadanya. Zaltman menggunakan istilah re-education dengan alasan bahwa dengan strategi ini memungkinkan seseorang untuk belajar lagi tentang sesuatu yang dilupakan yang sebenamya telah dipelajarinya sebelum mempelajari tingkah laku atau sikap yang baru.
Ketiga, strategi bujukan. Program perubahan sosial dengan menggunakan strategi bujukan, artinya tujuan perubahan sosial dicapai dengan cara membujuk (merayu) agar sasaran perubahan (guru) mau mengikuti perubahan sosial yang direncanakan. Sasaran perubahan diajak untuk mengikuti perubahan dengan cara memberikan alasan, mendorong, atau mengajak untuk mengikuti contoh yang diberikan. Strategi bujukan dapat berhasil apabila berdasarkan alasan yang rasional, pemberian fakta yang akurat.
Keempat, strategi paksaan. Pelaksanaan program perubahan sosial dengan menggunakan strategi paksaan, artinya dengan cara memaksa guru (sasaran perubahan) untuk mencapai tujuan perubahan. Hal-hal yang dipaksa merupakan bentuk dari hasil target yang diharapkan. Kemampuan untuk melaksanakan paksaan bergantung pada hubungan kontrol antara pelaksana perubahan dengan sasaran. Jadi, ukuran hasil target perubahan bergantung dari kepuasan pelaksanaan perubahan.
Karakteristik Kepemimpinan Inovatif
Useem (Ekosiswoyo, 2016), bahwa karakteristik pemimpin yang memberikan dukungan terhadap proses inovasi mempunyai ciri percaya diri yang kuat, mempercayai orang lain, mengkomunikasikan, menetapkan standar kinerja, teladan bagi anggota organisasi, menunjukkan pengabdian, gigih, konsisten, dan pemimpin yang visioner.
Kepemimpinan inovatif yaitu kepemimpinan yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk melakukan inovasi dengan komitmen untuk menjaga stabilitas dalam menyebarkan budaya inovasi dalam lokal pemerintahan (Anas & Abdullah, 2021). Kepemimpinan inovatif adalah suatu proses untuk mewujudkan pelbagai usaha pembaharuan dan perbaikan segala bidang dalam upaya mencapai tujuan organisasi sehingga dapat memengaruhi atau mengarahkan orang untuk melakukan upaya tersebut (Kusuma, 2017).
Dengan demikian, terkait kepemimpinan inovatif, sebagai berikut: a) kepemimpinan inovatif adalah jenis kepemimpinan dengan karakter yang memungkinkan untuk munculnya inovasi dan membuat inovasi tersebut tumbuh subur dalam organisasi yang dipimpin; b) kepemimpinan inovatif adalah suatu proses untuk mewujudkan pelbagai usaha pembaharuan dan perbaikan segala bidang dalam upaya mencapai tujuan organisasi sehingga dapat mempengaruhi atau mengarahkan orang untuk melakukan upaya tersebut; dan c) kepemimpinan inovatif adalah kemampuan seseorang (pemimpin) dalam mempengaruhi, menggerakkan, memotivasi orang lain (yang dipimpin) dalam melakukan pembaharuan atau perubahan ke arah yang lebih baik dalam mencapai tujuan bersama.
Ciri-ciri pemimpin inovatif yaitu : 1) memiliki passion; 2) memiliki visi dan tujuan inovasi; 3) memandang perubahan sebagai tantangan; 4) berani bertindak diluar aturan; 5) tidak takut gagal; dan 6) mau berkolaborasi (Nuraeni, dkk., 2023).
George dan Zhou (Purba, 2019) menyatakan tentang karakter dari individu yang memiliki perilaku inovatif adalah: 1) mencari tahu teknologi baru, proses, teknik dan ide-ide baru, 2) menghasilkan ide-ide kreatif, 3) memajukan dan memperjuangkan ide-ide ke orang lain, 4) meneliti dan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan ide-ide baru, 5) mengembangkan rencana dan jadwal yang matang untuk mewujudkan ide baru tersebut, dan 6) kreatif.
Ada beberapa ciri pemimpin yang inovatif: 1) Memiliki passion. Dia fokus pada hal-hal yang ingin diubah, tantangan-tantangan yang ada, serta strategi untuk menghadapi tantangan-tangangan tersebut. Passion akan mendorong pemimpin mencapai mimpinya, 2) Memiliki visi. Inovasi memiliki tujuan. Pemimpin tidak bisa mengharapkan timnya bisa berinovasi jika mereka tidak mengerti arah tujuan organisasi, 3) Memandang perubahan sebagai tantangan. Pemimpin yang inovatif memiliki ambisi dan tak pernah puas dengan kondisi “nyaman”, 4) Berani bertindak di luar aturan. Untuk berinovasi, tak jarang seorang pemimpin perlu menantang aturan yang ada, 5) Tidak takut gagal. Pemimpin yang inovatif menganggap kegagalan sebagai bagian dari pelajaran untuk mencapai kesuksesan, 6) Mau berkolaboras menjadi kunci bagi banyak pemimpin untuk sukses dengan inovasi (Ramli, 2020).
Hasil penelitian (Somsueb, et al., 2019) menyimpulkan elemen-elemen yang mencirikan kepemimpinan inovatif dari 17 referensi yang diteliti, ditemukan bahwa ada 35 komponen utama dari kerangka teori yang menunjukkan bahwa ada banyak unsur yang mencirikan kepemimpinan inovatif. Namun, ketika dilihat dari frekuensinya, ditemukan bahwa ada empat komponen utama pengukuran kepemimpinan inovatif, yaitu (a) visioner, (b) kolaborasi kerjasama, (c) pengambilan risiko, dan (d) berorientasi pada perubahan. Sub-komponen dari setiap komponen kunci, sebagai beriku. Model pengukuran visioner, meliputi : (1) visi yang jelas, (2) komunikasi visi, (3) antusiasme, (4) membangun hubungan, (5) penetapan tujuan dan nilai misi; model pengukuran kolaboratif, meliputi : (1) pengambilan keputusan kolaboratif, (2) pemberdayaan, (3) keterbukaan, (4) tujuan bersama, dan (5) alokasi sumber daya; model pengukuran pengambilan risiko mencakup : (1) pengambilan keputusan, (2) pembelajaran terus-menerus, (3) kepercayaan diri, (4) akseptabilitas, dan (5) risiko yang diperhitungkan; dan model pengukuran berorientasi perubahan meliputi : (1) motivasi, (2) keterampilan komunikasi yang baik, (4) kesatuan, (4) kecerdasan emosional, dan (5) kegigihan.
Indikator Kepemimpinan Inovatif
Visioner atau tidaknya seorang pemimpin dapat diketahui dari pola pikir, sikap kepemimpinan dan responnya terhadap masalah yang terkait dengan kepemimpinannya. Seorang yang visioner adalah orang-orang yang dengan rendah hati dapat menempatkan diri secara tepat dalam memberikan jawaban terhadap masalah-masalah yang belum diketahuinya. Sikap rendah hati terhadap ketidaktahuan adalah ciri khas yang melekat pada pemimpin visioner. Tidak merasa kalah atau dikalahkan jika idea atau gagasan orang-orang yang dipimpinnya jauh lebih hebat darinya. Pemimpin yang dengan cepat dan sadar terhadap perubahan dan kemudian menjadikan dirinya sebagai faktor kunci perubahan adalah sisi lain yang ada pada pemimpin visioner. Pemimpin visioner adalah orang-orang yang tidak dengan mudah menerima atau menolak satu gagasan, tanpa terlebih dahulu mengetahui alasan dan argument rasional dari ide itu. Pola berfikir reaksioner, tanpa mengkaji secara komperhensif dan mendalam terhadap suatu kondisi adalah pantangan bagi orang yang visioner (Budiman, 2021).
Tanda-tanda kepemimpinan inovatif bagi seorang pemimpin, di antaramnya : pertama, pemimpin itu mampu memberikan dorongan kepada pegawai terkait dengan penciptaan inovasi (Gil, et al., 2018). Kedua, pemimpin mempunyai tujuan yang jelas sehingga membutuhkan inovasi dalam pencapaiannya (Bastidas, et al., 2023). Ketiga, pemimpin mampu memberikan solusi dan strategi inovatif dalam mengatasi masalah (Peiró, et al., 2021). Keempat, pemimpin sebagai motor dan katalisator dalam menciptakan budaya inovatif (Hoang, et al., 2019).
Indikator kepemimpinan inovatif menurut Mulyasa (Hartono, 2020), antara lain : 1) Konstruktif : kemampuan memotivasi dan melakukan pembinaan secara optimal. 2) Kreatif : kemampuan mencari, menciptakan gagasan baru saat menjalankan tugasnya untuk mendukung pencapaian visi dan misi organisasi.3) Delegatif : kemampuan mendelegasikan tugas sesuai deskripsi, jabatan, dan tanggung jawabnya. 4) Integratif : kemampuan mengintegrasikan kegiatan secara bersinergi sehingga tujuan organisasi secara efektif, produktif, dan efisien dapat tercapai. 5) Rasional dan objektif : kemampuan melakukan tindakan dengan mempertimbangkan rasio dan objektivitas. 6) Pragmatis : kemampuan menetapkan target sesuai kondisi dan situasi yang dimiliki oleh setiap warga organisasi. 7) Keteladanan : kemampuan memberikan contoh keteladanan yang baik. 8) Disiplin : kemampuan untuk taat terhadap aturan yang telah disepakati dan memiliki komitmen yang tinggi. 9) Adaptable dan fleksibel : kemampuan beradaptasi dan fleksibel dalam menghadapi berbagai situasi dan menciptakan suasana kerja yang menyenangkan.
Secara operasional kepemimpinan inovatif ditandai dengan : pertama, visioner, diamati dengan gejala (1) kejelasan visi, (2) komunikasi visi, (3) antusiasme pemimpin, (4) penetapan tujuan yang akan dicapai, (5) nilai-nilai pada misi. Kedua, kolaborasi, diamati dengan gejala : (1) pengambilan keputusan secara kolaboratif, (2) pemberdayaan, (3) keterbukaan, (4) adanya tujuan bersama, dan (5) alokasi sumber daya. Ketiga, mengatasi risiko, diamati dengan gejala : (1) melakukan pembelajaran yang konstan, (2) percaya diri dalam pengambilan keputusan, (3) mengakui kegagalan, (4) penghitungan risiko. Keempat, orientasi perubahan, diamati dengan gejala : (1) motivasi pimpinan, (2) keterampilan komunikasi dalam mendukung perubahan, (3) persatuan untuk mewujudkan tujuan, (4) kecerdasan emosional, (4) kegigihan pemimpin (Hidayat, dkk., 2023).
Pada setiap organisasi yang memiliki ciri-ciri inovatif, selalu ada seorang pemimpin yang membuat organisasi tersebut menghasilkan inovasi. Pemimpinlah yang menjadi penggerak dan sumber motivasi team membernya untuk mencapai tujuan organisasi. Biasanya seorang pemimpin inovatif memiliki visi strategis, mampu menginspirasi team untuk ikut memiliki visi tersebut dan mewujudkannya menjadi kenyataan, membangun kreatifitas dan inovasi. Pemimpin inovatif berani mengambil risiko dengan hal-hal baru, perubahan. Mereka adalah orang yang berpikiran positif terhadap team membernya dan memperlakukan mereka dengan penuh kepercayaan agar dapat mewujudkan potensi kreatifnya semaksimal mungkin.
Tidak Gampang
Innovative leadership style adalah filosofi dan cara yang mengombinasikan leadership style yang berbeda untuk mempengaruhi pegawai dan menciptakan ekosistem di organisasi sehingga dapat memproduksi ide, produk, dan layanan yang inovatif.
Kepemimpinan inovatif adalah pemimpin hari ini dan ke depan yang diharapkan untuk menjadi penggerak inovasi. Mereka harus mendorong pembaharuan, berpikir out-of-the-box, dan mengadopsi teknologi dan pendekatan baru untuk mengatasi masalah dan mencapai kemajuan.
Tidak gampang dan betapa susahnya mencari pemimpinan inovatif. Beberapa cara menjadi pemimpin yang inovatif menurut Nuraeni, dkk. (2023). Memiliki visi; terbuka terhadap perubahan; langgar aturan main; mencari alternatif; siap menghadapi kegagalan; uji coba inovasi anda; dan selalu bersemangat.
Semoga !!!