Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Alhamdulillahilladzi syara’a lana ash-shiyam, washshalatu wassalamu ‘ala sayyidina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.
Jamaah tarawih yang dirahmati Allah,
Alhamdulillah, kita telah memasuki bulan Ramadan, bulan di mana kita melatih diri untuk berpuasa. Setiap hari, dari terbit fajar hingga tenggelam matahari, kita menahan lapar, haus, dan hawa nafsu. Tapi, pernahkah kita bertanya pada diri sendiri: Mengapa Allah memerintahkan kita berpuasa? Apakah sekadar untuk merasakan lapar? Tentu tidak, jamaah. Puasa adalah latihan jiwa yang luar biasa untuk membawa kita menuju taqwa.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 183:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.”
Tujuan akhir puasa adalah taqwa. Apa itu taqwa? Taqwa adalah menjaga diri dari dosa, takut kepada Allah, dan selalu sadar bahwa Dia melihat kita. Puasa adalah madrasah, tempat kita belajar menjadi hamba yang lebih baik.
Jamaah yang berbahagia,
Puasa itu bukan hanya tentang menahan makan dan minum. Kalau hanya soal itu, binatang pun bisa lapar tanpa makan seharian. Yang membedakan puasa kita adalah niat dan latihan jiwanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari)
Artinya, puasa sejati adalah puasa yang melatih jiwa kita untuk meninggalkan keburukan, bukan hanya menahan lapar.
Coba kita renungkan, jamaah. Ketika kita lapar, kita belajar sabar. Ketika kita haus, kita belajar bersyukur atas seteguk air yang biasanya kita anggap sepele. Ketika kita melihat makanan di siang hari tapi tidak memakannya, kita melatih diri untuk mengendalikan nafsu. Inilah latihan jiwa yang membawa kita lebih dekat kepada Allah.
Bayangkan, kalau kita bisa menahan diri dari hal-hal yang halal seperti makan dan minum karena Allah, bukankah seharusnya kita lebih mudah menahan diri dari yang haram, seperti ghibah, fitnah, atau marah? Puasa mengajarkan kita bahwa kita bukan budak nafsu, tetapi hamba Allah yang punya kekuatan untuk mengontrol diri.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Latihan jiwa ini juga terlihat dari bagaimana puasa membuka hati kita. Ketika perut kosong, kita jadi lebih peka terhadap orang-orang yang kelaparan setiap hari. Ketika kita menahan amarah di siang hari, kita belajar jadi lebih lembut kepada sesama. Inilah keajaiban puasa: ia tidak hanya membersihkan jiwa kita, tetapi juga membentuk kita menjadi manusia yang lebih baik.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Puasa itu perisai.” (HR. Muslim)
Perisai dari apa? Perisai dari dosa, dari godaan syaitan, dan dari api neraka. Setiap hari kita berpuasa, kita membangun benteng taqwa di hati kita. Dan jika kita istiqamah hingga akhir Ramadan, insyaAllah, benteng itu akan kokoh melindungi kita sepanjang tahun.
Jadi, apa yang harus kita lakukan agar puasa kita benar-benar menjadi latihan jiwa?
Pertama, perbaiki niat. Puasa kita harus karena Allah, bukan karena takut gendut atau malu sama tetangga.
Kedua, jaga lisan dan hati. Jangan sia-siakan puasa kita dengan menggunjing atau menyakiti orang lain.
Ketiga, isi dengan amal baik. Tambah dzikir, sedekah, dan baca Al-Qur’an, agar jiwa kita semakin terlatih menuju taqwa.
Jamaah yang mulia,
Puasa adalah anugerah, bukan beban. Ia adalah kesempatan emas untuk melatih jiwa kita, membersihkan hati, dan meraih taqwa. Semoga puasa kita di Ramadan ini diterima Allah, dan kita keluar dari bulan suci ini dengan jiwa yang lebih kuat dan hati yang lebih taqwa.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.