INIPASTI.COM – Pendek kata, dimana ada musuh melintas dalam pandangan, pasti di-habisinya . Ia akan membunuh sebanyak-banyaknya hari ini, sebelum hidup-nya akan berakhir pula. Ya, ia akan membalaskan dendam isterinya yang kini menantinya di tempat lain.
Pimpinan penyerangan kemudian mencari siasat. Dipaksanya Datu Museng menuju pantai Losari, dengan jalan mengumpankan beberapa serdadu yang kemudian di kejarnya ke arah pantai. Musuh lalu ramai-ramai mengepungnya. Karena agak lelah, Datu Museng belindung pada sebuah perahu yang kebetulan ada di pinggir pantai. Di sana ia menembaki musuh yang coba mendekat.
Tiba-tiba ada tembakan dari arah belakang yang mengenai tubuhnya dan mangoyakan bajunya. Ketika ia menoleh ke belakang, dilihatnya tubarani Mangngasa yang dikenal dengan gelar Pallakina (ayam jantan) Mallengkeri, sedang mengisi peluru lagi bedilnya. Datu Museng hanya geleng-geleng kepala sambil berpikir, “pengecut juga rupanya Pallakina Mallengkeri ini. Bagaimana ia bisa memperoleh gelar yang demikian hebat itu?”
Datu Museng kemudian mengarahkan bedilnya ke belakang, sedetik kemudian senjatanya menyalak, dan tubarani Mallengkeri rubuh tak bernyawa. Dadanya yang bidang berbulu itu dikoyak peluru tepat di bagian jantung.
Ketika Datu Museng menengadah ke langit, matahari mulai condong ke barat. Ia yakin lohor telah tiba. Sambil berdiri bertongkatkan tombak dan bedil, ia melangkahkan kaki pulang menuju rumah, untuk mendirikan sembahyang lohor. Di kala itulah tubuhnya kembali bermandikan peluru lela dan malela yang ditembakkan ke arahnya. Ia cepat-cepat menyelinap di antara pepohonan, kemudian langsung menuju rumahnya.
Ketika ia mengundurkan diri, I Tuan Jurubahasa yang turut menyaksikan pertempuran berdarah itu, memanggil suro Daeng Jarre Daenta Daeng Jumpandang yang selalu berada di sampingnya.
“Hei suro, cari Karaeng Galesong, I Bage Daeng majjanji. Panggil bersama Karaeng Lewa ri Popo, I Taga ri Mangindara, Karaeng Mangemba ri Dengga dan kawan-kawannya yang lain. Katakan, aku ingin bertemu dengannya di sini!”
Agak lama juga mencari mereka baru Daeng Jarre menemukan tubarani-tubarani itu yang bertahan di sebelah timur. Suro segera menyampaikan apa keinginan I Tuan Jurubahasa. Para tubarani kemudian beramai-ramai menemui wakil Tumalompoa. Setelah bertemu, mereka pun berembuk mencari jalan untuk menyerbu Datu Museng yang kini sedang mengundurkan diri. Mereka yakin, panglima perang Sumbawa itu kembali ke rumahnya untuk bersholat. Satu kesempatan yang tak boleh diabaikan.
Setelah seia-sekata, barisan kompeni dan pasukan bantuan segera bergerak maju mengepung rumah Datu Museng, sekali lagi. Keadaan rumah kala itu sunyi sekali. Pimpinan penyerangan memperingatkan semua peyerbu agar tidak melepaskan satu tembakan pun ke arah rumah. Jangan sampai peluru yang kesasar mengenai tubuh Maipa Deapati dan menewaskannya. Mereka tentu mendapat hukuman berat dari Tumalompoa.
Bersambung…