INIPASTI.COM, JAKARTA- Kerusuhan anti rasisme belum meredam emosi di Tanah Paman Sam. Kerusuhan di Amerika Serikat ini kian memanas. Muncul juga penjarahan yang makin meluas. Setelah pria kulit hitam meninggal di bawah lutut seorang polisi. George Floyd (korban) yang terjadi pada 25/05 lalu.
Sebelumnya dia meninggalkan Houston untuk memulai kehidupan baru di Minneapolis, tapi ternyata di situ pula ia menemui ajalnya secara tragis.
Catatan buruk polisi memblokade demostran. Data dari tahun 2013 hingga 2019, telah merenggut korban 7.666 orang.
Data ini dihimpun oleh Mapping Police Violence, sebuah kelompok penelitian dan advokasi dari beberapa kerusuhan yang pernah terjadi di Amerika Serikat hingga sekarang.
Jumlah korban tewas oleh polisi di Amerika Serikat memicu ketimpangan ke warga keturunan Afrika-Amerika (kulit hitam). Hanya 13 persen dari populasi di AS, namun orang kulit hitam dua kali lebi dibunuh oleh polisi, jika dibanding kulit putih.
Data dari halaman Al Jazeera, tidak mengherankan tiga negara bagian terbesar yakni California, Texas dan Florida memiliki jumlah total pembunuhan orang kulit hitam tertinggi oleh petugas polisi. Setelah angka-angka ini disesuaikan dengan ukuran populasi dan demografi, di hampir setiap negara bagian, orang Afrika-Amerika menghadapi risiko yang jauh lebih tinggi untuk dibunuh oleh petugas polisi daripada orang kulit putih AS.
Orang Afrika-Amerika hanya terdiri dari 1.06 persen dari populasi. Namun jumlah total pembunuhan polisi terhadap orang kulit hitam di negara bagian itu hampir 10 persen selama tujuh tahun terakhir.
Kerusuhan yang terjadi di Minnesota, diketahui orang kulit hitam AS hampir empat kali lebih mungkin terbunuh oleh penegak hukum, dengan korban kulit hitam berjumlah 20 persen dari mereka yang terbunuh, meskipun hanya terdiri dari 5 persen dari keseluruhan populasi.
(Dirga)