INIPASTI.COM, Donald Trump dituduh mengeluarkan “ancaman pembunuhan” terhadap saingannya Hillary Clinton, menjerumuskan kembali kampanye kepresidenannya ke dalam krisis baru.
Calon presiden dari partai Republik yang angin-anginan itu berbicara di hadapan massa di Wilmington, Carolina Utara, tentang kekuasaan presiden mendatang untuk menunjuk hakim agung. “Hillary ingin menghapuskan, menghapuskan sama sekali, amendemen kedua,” kata Trump, yang mengundang seruan mengejek hadirin.
“Jika dia memilih hakim agung, Anda tidak dapat berbuat apa-apa lagi, kawan. Meskipun pendukung amendemen kedua, mungkin mereka ada, entahlah. Namun, saya akan katakan bahwa hari itu akan jadi hari yang mengerikan.”
Amendemen kedua dari konstitusi Amerika Serikat melindungi hak warga untuk memiliki senjata api. Trump telah menuduh bahwa saingannya dari partai Demokrat hendak menghapus amendemen kedua, tetapi tuduhan itu dibantah Hillary Clinton.
Pidatonya yang luar biasa Selasa kemarin itu langsung mendapat kecaman dari kubu Demokrat. Robby Mook, manajer kampanye Hillary, mengatakan: “Ini sederhana saja–apa yang Trump katakan itu berbahaya. Orang yang ingin menjadi presiden Amerika Serikat tidak seharusnya menganjurkan kekerasan dalam bentuk apapaun.”
Senator Chris Murphy dari Connecticut, tempat terjadinya penembakan di sekolah dasar Sandy Hook di Newtown pada 2012, lebih jauh mengatakan: “Jangan anggap ini sebagai kekeliruan langkah politik. Ini adalah ancaman pembunuhan, yang secara serius meningkatkan kemungkinan tragedi dan krisis nasional.”
Novelis Inggris, Salman Rushdi, tidak ketinggalan berkomentar melalui Twitter: “Tentu saja kubu Trump sekarang sibuk menangkis dan mengalihkan isu, tetapi apa yang dikatakan senator Murphy sangat jelas menggambarkan maksud Trump.”
Menurut pantauan the Guardian, Trump sebenarnya sudah berusaha untuk lebih disiplin menahan diri dalam berkampanya setelah serangkaian kesalahan memalukan dilakukannya beberapa waktu terakhir. Dia terlihat mampu mengotrol diri dalam kampanye di Detroit, Senin dua hari lalu, pada saat dirinya berkali-kali diinterupsi oleh peserta kampanye yang memprotesnya. Namun, di Wilmington, dia tampaknya tidak dapat menahan diri untuk tidak keluar jalur.