INIPASTI.COM, BOYOLALI – Merefleksi dua tahun kerja nyata Kabinet Jokowi–JK, momentum perayaan Hari Pangan Sedunia (HPS) yang dipusatkan di Indonesia pun digelar.
HPS yang berlangsung di Boyolali, Jawa tengah dinyatakan oleh Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Aisyah Novanarima adalah bentuk apresiasi kepada para petani yang tiada henti bekerja untuk memenuhi kebutuhan Pangan Indonesia. Tak hanya itu, sejumlah keberhasilan lainpun telah diperoleh.
Baca juga: Dua Tahun Kerja Nyata Kabinet Jokowi-JK Diklaim Sejahterahkan Petani
Aisyah mengatakan, penyebab keberhasilan ini adalah keberlanjutan pondasi tepat guna di tahun 2015 yang bertransformasi menjadi tahun perce patan di 2016. Dimana menurutnya, pembangunan infrastruktur pertanian moderen dan pembangunan manusia pertanian menjadi fokus utama yang terbukti mampu mendongkrak produksi pangan strategis serta komoditas unggulan Perkebunan dan Peternakan Indonesia.
“Tidak tanggung-tanggung di 2016 ini telah tercapai target sasaran rehabilitasi jaringan irigasi tahun 2019 sebesar 3,2 juta ha, serta terbangun 1.235 unit Umbung dan Dam Parit untuk keberlanjutan ketersediaan air,” tambahnya.
Seiring dengan itu, lanjutnya, dilakukan pemberian gratis 180 ribu unit alat mesin pertanian baik berupa traktor roda 2 dan 4, serta pompa air, combine harvester dan rice transplanter. Selain itu, ia menambahkan ada juga pemberian subsidi pupuk sebesar Rp58,6 triliun dan 527 Unit Pengolahan Pupuk Organik, percetakan sawah baru sebesar 123 ribu ha, optimalisasi lahan seluas 945 ribu ha dan 2000 ha pengembangan lahan rawa. Selain itu, katanya, tidak terlupakan pemberian asuransi pertanian yang melindungi 373 ribu ha lahan berisiko kegagalan panen.
Aisyah pun menganggap, peningkatan dua tahun kerja nyata terlihat pada produksi pangan strategis yaitu Padi 11.7 %, jagung 21,8%, Bawang 3,76% dan cabai 1,81%. Namun, ungkapnya, untuk Kedelai mengalami beberapa kendala yang mengakibatkan penurunan sebesar 7,2% salah satu diantaranya adalah iklim lanina dan berkurangnya minat petani karena harga yang kurang kompetitif. Untuk itu, jelasnya, digalakkan penambahan luas tanam, mitigasi perubahan iklim serta penetapan harga standar sehingga kedepan produktivitas kedelai dapat ditingkatkan.
Dengan keberhasilan ini, Aisyah mengatakan, menunjukkan adanya kenaikan ketahanan pangan dengan tidak adanya impor bawang merah dan beras serta menurunnya impor jagung hingga 60% di tahun 2016. Ia juga mengatakan, Indonesia berhasil menghemat Rp52 triliun devisa dari 2 tahun kerja nyata pertanian Indonesia. Hal ini pun menurutnya diakui oleh dunia internasional dimana tingkat Ketahanan Pangan Indonesia naik paling signifikan dibanding total seluruh 118 negara di dunia yaitu 2.7 poin berdasarkan survey oleh The Economist Intelligence Unit yang berpusat di London, Inggris.
“Peringkat ketersediaan pangan Indonesia melonjak di posisi 66 jauh lebih tinggi dari peringkat keseluruhan ketahanan pangan Indonesia yaitu di posisi 71 yang merupakan peningkatan dari peringkat 74 di tahun 2015,”
Ia pun optimis bahwa kerja nyata pertanian Indonesia tidak berhenti sampai disitu. Untuk memastikan Kedaulatan pangan, Aisyah menjelaskan, kedepan diadakan SIWAB (Sapi Indukan Wajib Bunting) melalui inseminasi buatan yang mentargetkan 3 Juta ekor sapi di tahun 2017 dan 4 juta ekor di tahun 2018. Selain itu, tambahnya, untuk mengakhiri impor jagung di tahun 2017 dilakukan kerja sama dengan GPMT (Gabungan
Pengusaha Makanan Ternak) yang akan membeli langsung 9 juta ton jagung dari petani di 29 provinsi.
“Dan untuk memenuhi kebutuhan 7 juta Ton Gula diadakan intensifikasi melalui optimalisasi perusahaan gula swasta, revitalisasi perusahaan gula BUMN, bongkar/rawat ratoon, bibit unggul, Alat Mesin Pertanian dan dilakukan ekstensifikasi melalui 13 perusahaan gula eksisting dan 14 perusahaan gula baru,” jelasnya.
Ia pun menilai bahwa, petani menyambut baik tahun percepatan infrastrukur 2016. Ia merujuk berdasarkan survey INDEF (Institute for Development of Economics and Finance) 2016 pada 1200 petani yang tersebar di 9 provinsi 22 kabupaten 63 kecamatan dan 254 desa 76,8% petani puas akan program dan kebijakan di sektor pertanian. 79,9% diantaranya merasa puas akan kebijakan subsidi pupuk dan benih, 75,8% puas akan bantuan Alat mesin pertanian, 71,9% puas akan infrastruktur lahan dan air, 76,6% puas akan aspek sarana dan prasarana, 84.2% puas akan aspek kelembagaan.
Ia juga menganggap, kepuasan petani terhadap program pendampingan kementerian pertanian pun sangat tinggi. 89% petani puas pada program pendampingan bersama TNI, 85% puas akan program pedampingan dengan Penyuluh/PPL, 81,9% puas akan program pendampingan bersama mahasiswa dan dosen,dan 77,5% puas dengan program pendampingan bersama Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA),
Ia pun menutup rilisnya dengan asumsi bahwa keberhasilan Pertanian Indonesia adalah wujud kerja nyata seluruh lapisan masyarakat. “Sinergi bersama pemerintah, masyarakat dan swasta adalah wujud keniscayaan Indonesia sebagai bangsa pemenang, bangsa maju berdaulat pangan dengan petani berdaya saing tinggi,” tutupnya.