Oleh: Iif Syarifah
(Founder Komunitas Emak Kantoran)
INIPASTI.COM, [OPINI]— Sebelumnya saya pernah bercerita tentang si ayu tukang jamu yg mangkal di kebon raya Bogor. Dia sukses berangkat umroh dengan hasil jerih payahnya mengumpulkan uang hasil menjajakan jamunya dengan mengikuti arisan umroh.
Kali ini, bukan saja umroh. Tapi seorang pedagang nasi uduk yang sukses berhaji. Kebetulan saya satu kloter dengannya, bahkan tetangga kamar saya di hotel Anwar Al-Aseel 706 kamar 2418 dan 2419 Komplek aziziyah Makkah. Namanya Mak iyah. Hampir tiap hari mak Iyah datang ke kamar saya, sekedar berceloteh, menyapa dan bercerita sepuasnya.
Lantas, ada yang mengusik rasa penasaran saya tentang dirinya yang selalu diandalkan utk menghitung riyal oleh teman-teman se-KBIHnya. Pantas dia cekatan dalam menghitung uang karena ternyata dia memang seorang wanita yang mampu memenej keuangan. kenapa saya bilang begitu?
Saya tak habis pikir dengan hasil jual nasi uduknya bisa membuat dirinya dimampukan Allah untuk bertamu di tanah Harom. 19 tahun ia mengabdikan diri sebagai penjual nasi uduk. Dari hasil penjualannya itu, setiap hari sudah dibuat pos-pos kebutuhan untuk menghidupi ketiga cucunya yaitu pos utk uang belanja modal, pos untuk uang jajan ketiga cucunya, pos untuk pbayaran SPP dan sisanya beliau tabung.
Tepat 13 tahun ia berdagang yaitu tahun 2013, ia mengeluarkan seluruh uang tabungannya yang ia simpan dalam sebuah tas tanpa ditabung di Bank. Selama menabung tak pernah ia hitung. Lalu dihitung lah seluruh uang dalam tas tersebut dari uang 2000 an sampai 100 ribuan. Alhamdulilah nilai uang yang ada dalam tas tersebut berjumlah 40 juta. Bahagianya mak Iyah, langsung saja iya datangi pimpinan KBIH terdekat dengan menyerahkan setumpuk uang tabungannya dan berharap segala sesuatunya diurus pihak KBIH untuk mendaftar haji.
Cita-cita mak Iyah dari hasil penjualan nya bukanlah untuk membuat rumah semewah mungkin atau memiliki kendaraan yang bagus atau apa saja yang menyilaukan dunia yang menjadi mimpi2 indah sebagian besar manusia.
Tidak, dia hanya ingin mewujudkan cita2nya utk bisa berangkat haji menuntaskan rukun yang ke lima.
Pantas saja dagangannya laris dan berkah. Sehari dia masak nasi uduk sebanyak 15 liter beras.
Menurutnya banyak yang menyangsikan karena dagangannya laris dibandingkan para pesaing lainnya. Sampai ada yg bilang mak Iyah itu “makekeun” atau mggunakan paranormal agar dagangannya laris.
Padahal pengakuan mak Iyah, dia hanya minta rezeki sama Allah. Tiap jam dua dinihari dia bangun tahajud dan meminta sama Allah. Dia bilang kalau qta menyegerakan bangun, maka rezeki juga mudah.
Dia memulai aktifitas menyiapkan dagangannya berupa nasi uduk, gorengan dan lain-lain dari pukul 03.00 dan selesai jelang shubuh. Terkadang Shubuh sudah ada yang mengetuk pintu untuk beli dagangan emak. “Emak suka bilang, waktu Shubuh gak mau buka dagangan dulu, Tutup! ” katanya.
Dia sangat bersyukur, pada akhirnya bisa berangkat haji tahun ini. kebahagiaan tak terhingga saat kesuksesan hidupnya sudah diraih.
” Neng, … emak mah bersyukur…tahun ini Allah banyak ngasih hadiah buat emak. Alhamdulillah tabungan emak 5 tahun belakangan bisa nabung buat cucu emak yang kuliah dan wisuda tahun ini”, jelasnya.
Aku ikut terharu dengan Mak Iyah karena saya bisa merasakan betapa bahagianya tahun ini dapat tercapai cita2nya berhaji dan cucunya dapat diwisuda di kampus ternama UI.
Tak ada yang tak mungkin dari segala keterbatasan manusia, akan Allah wujudkan keinginan manusia karena Allah Maha Kaya, Maha Pemurah atas segala sesuatu selama kita berdoa dan berikhtiar dan memperbaiki misi kehidupan ini. Serta memiliki tekad kuat untuk mewujudkannya.
Semoga menginspirasi
(Iifsyarifah – ditulis di Masjidil Harom lt2lt2 – 2018)