INIPASTI.COM, [JEJAK RAMADAN] – Masih dalam suasana Ramadan 2025, dan suasana refleksi mengajak kita menyelami kisah Umar bin Khattab, sosok yang namanya terukir dalam sejarah Islam sebagai Khalifah kedua. Dikenal dengan julukan Al-Faruq (Pemisah Hak dan Batil), Umar bukan cuma pemimpin tangguh, tapi juga teladan dalam menjalani Ramadan dengan penuh tanggung jawab. Dari pembenci Islam hingga jadi penjaga amanah umat, perjalanan hidupnya penuh pelajaran yang relevan hingga kini.
Dari Musuh Jadi Sahabat
Sebelum masuk Islam, Umar adalah sosok yang ditakuti di Mekkah. Lahir sekitar 584 M dari suku Quraisy, ia dikenal sebagai pejuang keras yang membenci ajaran Nabi Muhammad SAW. Suatu hari di tahun 616 M, ia berniat membunuh Rasulullah, tapi malah berbalik memeluk Islam setelah mendengar ayat Al-Qur’an dari Surat Thaha yang dibacakan adiknya, Fatimah binti Khattab. Keberaniannya langsung terlihat: ia jadi salah satu sahabat pertama yang terang-terangan menyatakan keislamannya di depan kaum Quraisy.
Ketika Ramadan tiba di masa awal Islam, Umar membawa semangat yang sama. Ia tak cuma berpuasa, tapi juga melindungi umat Muslim yang masih lemah dari tekanan musuh. Transformasinya jadi bukti bahwa Ramadan adalah waktu untuk perubahan hati.
Ramadan di Masa Khalifah
Umar naik jadi Khalifah pada 634 M setelah Abu Bakar wafat. Di masa kepemimpinannya, Ramadan bukan sekadar ibadah pribadi, tapi juga momentum membangun keadilan sosial. Ia sering berkeliling Madinah di malam hari—bahkan saat lapar usai puasa—hanya untuk memastikan rakyatnya tak kekurangan. Suatu kali, ia menemukan keluarga miskin yang tak punya makanan untuk berbuka. Tanpa ragu, Umar mengambil gandum dari Baitulmal dan memasaknya sendiri untuk mereka.
Ia juga yang menetapkan kalender Hijriah, memulai hitungan dari hijrah Nabi ke Madinah, agar umat punya patokan waktu untuk ibadah seperti Ramadan. Di bawah komandonya, Islam meluas hingga Persia dan Yerusalem, tapi Umar tetap sederhana—jubahnya penuh tambalan dan tidurnya hanya beralas tikar.
Pelajaran untuk Ramadan 2025
Di tengah hiruk-pikuk modern, kisah Umar mengingatkan kita bahwa Ramadan lebih dari sekadar menahan lapar. Ia mengajarkan tanggung jawab sosial, seperti saat ia berkata, “Jika seekor keledai tersandung di Irak, aku takut Allah akan tanya padaku, mengapa kau tak perbaiki jalannya.” Keadilannya terlihat saat ia tak pandang bulu, bahkan menghukum putranya sendiri karena melanggar aturan.
Umar wafat pada 644 M setelah ditikam saat salat Subuh, tapi warisannya hidup hingga kini. Di Ramadan ini, ia seolah berpesan: puasa bukan cuma soal diri sendiri, tapi juga bagaimana kita jaga amanah untuk orang lain.
Refleksi untuk Kita
Di Ramadan 2025, saat kita berbuka dengan keluarga atau tarawih di masjid, coba tanya: apa yang sudah kita lakukan untuk orang di sekitar kita? Umar bin Khattab mengajak kita lihat Ramadan sebagai panggilan untuk berubah dan berbagi, seperti yang ia tunjukkan ribuan tahun lalu. Bagaimana Anda wujudkan semangat Umar di kehidupan sehari-hari?
Pantau inipasti.com minggu depan untuk kisah tokoh berikutnya dalam seri “Jejak Ramadan”!