INIPASTI.COM, GOWA – Menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada), Pangdam XIV Hasanuddin Mayjen TNI Agus SB mengaskan pada prajuritbya untuk menjaga netralitas.
Hal itu diungkapkannya saat ditemui usai rapat pimpinan (Rapim) di Rindam XIV Hasanuddin, Pakatto, Gowa, Selasa (20/2/2018).
“TNI harus menjaga netralitas pada momentum jelang pilkada ini, dimana tahun ini tahunnya politik,” ungkapnya.
Dijelaskannya, dalam memastikan netralitas jajaran Kodam XIV Hasanuddin, Agus menyebut pihaknya telah menyampaikan penekanan kepada semua jajaran.
“Ada dua kenapa prajurit itu tidak netral, pertama karena sengaja, misalnya ada saudaranya atau dekat dengan kontestan. Yang kedua tidak sengaja. Tidak sengaja itu, karena ketidaktahuan dia, tidak punya informasi. Dia harus diberikan pemahaman dulu, dia itu nggak ngerti, kurang informasi. Makanya saya katakan, Yang Salah adalah komandannya. Komandan itu harus bisa menjelaskan apa itu netralitas kepada semua anak buahnya,” jelasnya.
Agus menyebut, jika anak buah tidak netral maka yang salah adalah komandannya.
“Makanya saya bilang, kalau anak buahmu tidak netral karena ketidak tahuannya, kekurangan informasi, maka yang salah komandannya. Bukan anak buahnya,” tambahnya.
Bagi anggota TNI jajaran Kodam XIV yang tak netral, Agus telah mengancam akan memberi sanksi tegas. Baik terhadap komandannya maupun oknum anggota yang terbukti tak netral.
“Saya tahan anak buahnya, komandannya saya hukum. Karena, komandan punya tanggung jawab. Dia punya anak buah 100, ya semua anak buah ini ngerti, tentang netralitas. Karena, beda netralitas seorang Dandim, netralitas seorang anggota batalyon, netralitas seorang babinsa dan netralitas seorang Pangdam beda. Na disitu peran seorang pimpinan,” pungkasnya.
Agus mengatakan Pilkada di wilayah Kodam XIB Hasanuddin akan berlangsung di 16 daerah. Namun ia berharap semua berjalan dengan lancar tanpa ada kendala keamanan.
“Jadi kita bisa yakin akan semua berjalan baik. Proses demokrasi, pesta rakyat ini berjalan dengan sesuai yang diharapkan. Jangan menjadi sebuah demokrasi yang kebablasan, saling membenci, saling berpisah, teman berpisah, saudara berpisah, keluarga berpisah. Tapi adalah untuk memilih pemimpin yang disukai oleh masyarakat,” tandasnya.
(Ahadri)