INIPASTI.COM, MAKASSAR – Motivasi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT menjadi alasan yang umum bagi para jemaah yang menunaikan ibadah haji di Tanah Suci. Selain itu, pahala beribadah di dua kota di sana berlipat ganda, seperti salat di Masjid Nabawi, Medinah yang pahalanya seribu kali lipat dibandingkan salat di tempat lain dan salat di Masjidil Haram, Mekkah pahalanya 100 ribu kali lipat dibandingkan salat di tempat lain.
Olehnya itu, walaupun perkara naik haji bukanlah segampang membalikkan telapak tangan. Apalagi di negara kita, Indonesia yang selain sabar menunggu panggilan Allah, masyarakat Indonesia juga harus sabar menunggu giliran. Karena daftar peserta calon haji yang begitu panjang dengan masa tunggu hingga berpuluh-puluh tahun lamanya. Selain itu, pelaksanaan ibadah haji yang begitu berat dan rumit, seperti wukuf di Arafah dan sebagainya yang harus dihadapi dengan kondisi fisik yang prima. Belum lagi masalah dana dan keluarga yang ditinggalkan di Tanah Air.
Namun, kesemua kendala itu seakan ditampikkan oleh para tamu Allah yang rindu akan ampunan dari-Nya. Bahkan banyak diantara mereka yang rela berjalan kaki sejauh 1,6 km hanya untuk mengejar keutamaan salat di Baitullah. Seperti jemaah haji Maluku Utara Andi Rahmat Syamsul Bahri (18) yang berangkat haji di usia yang masih muda tanpa ditemani sanak saudaranya. Ia mengaku menjalankan segala rangkaian ibadah haji tanpa beban dan kendala yang berarti.
“Alhamdulillah, saya jalani ibadah haji ini terasa ringan, apalagi saat di Padang Arafah yang suhunya sangat panas tapi saya merasakan nikmat Allah di situ,” ucap jemaah haji termuda Kloter 7 yang tiba hari ini, Selasa (27/9).
Hal senada juga disampaikan oleh pasangan suami istri asal Ternate, H Idrak Madjid (66) dan Hj Warsia Nur (66). Pasangan lansia yang juga tergabung dalam Kelompok Terbang (Kloter) 7 ini mengaku menjalankan ibadah haji dengan penuh rasa gembira. Mereka telah mendambakan naik haji sejak bertahun-tahun lamanya. Mereka sudah sangat mengidam-idamkan sujud di hadapan Kakbah yang selama ini mereka hanya saksikan lewat televisi saja.
“Senang sekali rasanya sudah bisa sujud dan melihat Kakbah secara langsung. Selama ini saya cuma lihat di tivi dan koran, istri saya malah sempat mencium Kakbah,” ungkap H Idrak.
H Idrak juga mengatakan menjalani rangkaian ibadah haji begitu ringan. Ia dan sang istri mengaku merasa selalu dilindungi dan dipantau oleh Allah SWT dalam setiap langkahnya di Arab Saudi utamanya pada periode Armina (Arafah, Musdalifah, Mina). Istrinya, Hj Warsia yang sempat mencium Kakbah tak kalah bahagianya, ia mengaku masih terbayang-bayang akan kebesaran Allah lewat Baitullah-Nya.
“Saya saat mencium Kakbah tidak terasa air mata saya menetes. Saya menangis haru dan bahagia yang tidak bisa saya ungkapkan,” ucap Hj Warsia.
Mereka yang dua hari dua malam tidak tidur pada proses pemulangannya karena pemeriksaan tiket ini sekarang tersenyum bahagia. “Yang jelas, semua terasa ringan karena kami jalani lillahi taala,” tutup H Idrak.(*)
Baca juga : Pulang Haji, Perbaiki Hubungan Sesama Manusia
//