Penulis : Alwi Sagaf Alhadar
INIPASTI.COM, MEKKAH – Setelah penumpang lengkap, bus besar itu mulai bergerak ke arah pantai. Laut Merah yang dituju. Membelah kota bandar yang super sibuk itu, lewat King Fahd Road yang panjang. Tidak seperti di Tanah Air. Hampir tidak terlihat sepeda motor di jalan serba lebar dan teratur. Yang tampak hanya truk angkutan air dan barang serta sedan yang “dominan” berwarna putih di mana-mana. Melewati banyak square (perempatan). Setiap perempatan ada terpajang berbagai keunikan, antara lain; sepeda raksasa, yang konon jadi anekdot sebagai sepeda Nabi Adam? Ada juga Tugu Alfalaq, Tugu Bola Dunia. Dan masih banyak keunikan lainnya.
Tiba di tepi pantai Laut Merah, kala jelang senja. Masjid Arrahmah atau yang terkenal dengan sebutan “masjid terapung” sudah di depan mata. Sebuah bangunan berbentuk pentagon yang tidak terlalu besar. Sebagian lantai bangunan ditopang oleh tapak beton yang menjorok ke laut. Namun interiornya ramai dengan ornamen warna-warni yang menarik. Banyak jemaah haji berpose ria di tengah warga lokal yang berpiknik di tepi pantai. Ingat! Hari kamis sore dan jumat sore menjadi hari “refreshing” bagi kaum urban di Saudi Arabia.
Cukup indah panoramanya, saat ufuk menghilang di titik nadir Laut Merah. Kami lantas dirikan salat magrib berjemaah.
Saya pun teringat beberapa tahun silam, saat bercerita dengan Samsir Andili, mantan Wali kota Ternate. Menurut Wali kota tiga periode ini, Masjid Arrahmah menjadi sumber inspirasi bagi pendirian Masjid Almunawwar, Kota Ternate. “Ternate mirip dengan Jeddah, sama-sama water front city. Alhamdulillah, saya bisa dirikan, malahan lebih besar dari masjid kebanggaan warga Jeddah ,” ujar Ko Sam, panggilan akrab politisi senior itu.
Jarum jam di tangan saya menunjukkan angka tujug. Hari sudah mulai gelap. Seperti biasa, setelah lakukan check and recheck penumpang, bus besar buatan Jerman itu mulai bergerak menuju Makkah. Sejak awal, seperti yang dijanjikan oleh Ustaz Amin H Ali, kepada jemaah haji akan diperlihatkan King Fahd Fountain (Air Mancur Raja Fahd).
Bisa dikatakan bahwa air mancur ini merupakan ‘icon utama’ kota Jeddah. Dari jauh sudah tampak air berbentuk lebar – bak layar perahu raksasa- yang menjulang tinggi ke angkasa. Melewati dua gedung tinggi di sampingnya. Setelah dekat, mulai terlihat dengan jelas, seperti air laut yang ‘saling mendorong’ ke atas oleh tiga buah ‘pompa raksasa’. Air mancur yang berada di tengah laut itu ternyata masuk dalam Guiness Book of World Records sebagai yang tertinggi di dunia ini. Bisa mencapai titik ketinggian 312 meter dari permukaan air laut. Hampir setara dengan bangunan pencakar langit 80 lantai.
Sungguh menakjubkan! Sepanjang pantai di wilayah Corniche itu terdapat public area yang ramai dikunjungi warga. Sayangnya, bus tidak berhenti. Jadi kami hanya bisa menikmatinya sambil mobile. Bus terus bergerak menuju Makkah, melewati gerbang batas haram dan tugu selamat datang yang fenomenal. Kami tiba kembali di Mahbas Jin, Makkah, saat azan Isya berkumandang. Allahu Akbar!(*)
Baca juga : Antara Mekkah dan Jeddah
//