INIPASTI.COM, MAKASSAR. Menjadi seorang pengamen jalanan bukan cita cita dan harapan bagi semua orang sejak mereka kecil, begitu juga dengan Muhammad Reza atau yang biasa dipanggil Pak Eca.
Seorang pria berumur 27 tahun, dulu seorang kuli bangunan dan kini terpaksa menekuni profesi jadi seorang pengamen hingga beliau di tinggal pergi oleh istri dan kedua anaknya
Pak Eca salah seorang pengamen di wilayah lampu merah perbatasan Makassar dan Gowa, ditemui awal Oktober 2022 dia katakan menekuni profesi pengamen ini selama 1 tahun terakhir, sebelumya berprofesi sebagai kuli bangunan memiliki penghasilan yang bisa dikatakan cukuplah untuk menafkahi istri dan 2 orang anaknya
Waktu berjalan Pak Eca diserang penyakit (usus buntu) yang membuat dia tidak dapat mengangkat beban yang berat, sehingga tidak memungkinkan untuk melakoni jadi kuli bangunan lagi.
Mulai saat itulah Pak Eca ini hanya sering berdiam di rumah tampa bekerja dan tidak memiliki penghasilan yang membuat Aprilia(25) yaitu istri dan ke dua anaknya Azizah(6) dan Aila(3) pergi meninggalkan beliau sendirian pada tahun 2019.
Lama tak bekerja dan tak berpenghasilan membuat beliau stres dan Pak Eca pun pergi mencari pekerjaan kesana kesini namun tidak menemukan pekerjaan cocok hingga salah satu teman beliau mengajak jadi mengamen dan tanpa pikir lama Pak Eca pun mengiyakan tawaran tersebut.
Setelah itu, diajaklah Pa Eca ke lampu merah di batas kota Makassar – Gowa, disana sudah banyak berkumpul para pengamen jalanan yang sedang bernyayi di tengah jalan sembari mencari recehan dari orang yang berada di lampu merah tersebut.
Pak Eca pun memulai beradaptasi dan mengakrabkan diri dengan pengamen lain awalnya dia tidak memiliki bakat dan minat beryanyi atau menjadi pengamen harus belajar dan memulai banyak hal baru kembali dan hingga tak terasa saat ini dia sudah 1 tahun lebih menjalani profesi ini.
Berbicara penghasilan dia tidak memiliki penghasilan menentu kisaran pengasilan didapatkan dari mengamen sebesar Rp 30.000-Rp. 70.000 untuk perhari, katanya.
Dibanding pengamen lainya dia memiliki pengahasilan relatif rendah karena hanya mengamen di hari tertentu dan waktu tertentu seperti pada saat sore-malam, atau pagi dan malam saja mengingat kondisi tubuh yang tidak memungkinkan bekerja di siang hari dan di setiap hari.
Adapaun suka duka selama menjadi pengamen adalah ketika harus lama berdiri sembari bernyayi yang seringkali membuat tubuhnya melemah mengingat kondisi tubuh beliau kurang sehat.
Kondisi kurang disukai Pan Eca adalah ketika hujan turun yang membuat pengendara di lampu merah berkurang dan membuat penghasilan beliau juga ikut berkurang.
Namun membuat Pak Eca bisa bertahan jadi seorang pengamen saat ini adalah karena banyak teman sesama pengamen dan solid serta saling membantu dan bisa membuat tertawa di tengah banyaknya kesedihan dan cobaan yang dihadapi.
Harapannya adalah memiliki cukup uang untuk berobat dan setelah cukup berobat dan sembuh. Dia ingin mencari pekerjaan lebih baik dari ini dan menemui anaknya yang sudah lama tidak bertemu. Saat ini masih sangat malu menemui mantan istri dan kedua anaknya tersebut. ***
Laporan: Lukfandy Alam
Mahasiswa Komunikasi Unismuh Makassar