INIPASTI.COM, MAKASSAR – Menjelang masa akhir jabatannya sebagai Gubernur Sulawesi Selatan, pada April mendatang nama Syahrul Yasin Limpo, telah disebut-sebut masuk dalam bursa calon Wakil Presiden yang akan mendampingi Presiden Joko Widodo pada Pemilihan Presiden 2019 mendatang.
Bahkan nama Syahrul dilirik, diantara para tokoh Sulsel. Sebut saja Wakil Presiden Jusuf Kalla, Politisi dari Fraksi Partai Keadilan Anis Matta dan juga mantan Ketua KPK Abraham Samad.
Ketua Umum DPP Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh juga mengisyaratkan melirik Gubernur Sulsel dua periode. Dia berharap jika cawapres pendamping Joko Widodo di Pilpres 2019 tetap berasal dari Sulawesi Selatan. Tapi bukan Jusuf Kalla (JK) melainkan Syahrul Yasin Limpo.
Menanggapi hal tersebut, Syahrul justru terlihat santai dan enggan mengomentarinya, “saya tidak ingin komentar lebih soal itu,” katanya, di Rujab Gubernur, Senin (5/3/2018).
Ia bahkan telah memiliki rencana kedepan ketika masa jabatannya berakhir, termasuk ketika Pilpres 2019 mendatang.
Mengenai tawaran Nasdem sendiri, Syahrul mengungkapkan jika dirinya telah lama mengenal Surya Paloh, bahkan dari kecil sama-sama dan mendirikan FKPPI. Ia pun menegaskan, jika landasan berpihaknya adalah untuk rakyat, untuk negeri untuk bangsa. Jadi tidak boleh kalah digeser sebelah kiri atau kanan.
“Saya juga menekankan, tidak bisa bekerjasama dengan orang yang saya tahu distorsi, karena saya punya standing prosedur, saya mau di mana saja tidak pilih jabatan karena bukan itu tujuannya, tapi adalah idealisme, saya tidak mau disamakan dengan orang yang tidak memiliki posisi jabatan atau distorsi, karena saya tidak biasa dengan seperti itu,” tegas Syahrul.
Selain itu, Syahrul mengaku, jika dirinya telah mengungkapkan hal ini ke Surya Paloh, bahwa kata restorika itu harus ditegakkan,”mungkin saya mau, tetapi mari kita berpikir untuk kepentingan yang lebih besar,”ujarnya.
Ia pun menyatakan sampai sekarang dirinya masih ketua Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia, ” Di rakernas kemarin saya minta mundur, tapi semua sepakat jangan dulu, bahkan meminta fatwa bapak presiden,” paparnya
Menurutnya, ini bisa menjadi pertanda baik atau tidak yang jelas 33 gubernur kompak dan mampu menyatu dengan dirinya. Kepentingan rakyat dan negara, “saya tidak pernah pilih-pilih, tidak pernah minta jabatan,” imbuhnya
(Iin Nurfahraeni)