INIPASTI.COM, MENJALANI hidup sebagai anak-anak tidaklah mudah: kamu dibebani berton-ton tanggung jawab, tubuh yang berubah secara radikal dari hari ke hari, hormon yang bergejolak tak terkendalikan, dan kedua orang tua tampaknya tidak sadar bahwa zaman sudah berubah selama dua puluh tahun terakhir. Bila Anda mengira telah menjalani masa kanak-kanak yang sulit, percayalah bila ada yang mengatakan betapa beruntungnya Anda: paling tidak Anda dapat berkata bahwa ayah Anda bukan seorang diktator yang telah melakukan pembunuhan besar-besaran. Ada begitu banyak mesin perang yang haus kekuasaan di sepanjang sejarah. Dan, jika ada satu hal yang mereka lebih suka lakukan selain berperang dan menghitung jumlah korbannya, maka hal itu adalah bikin anak!
Apabila Anda adalah anak seorang diktator tentu Anda memiliki harapan tertentu di benak Anda, dan jika Anda berhasil menjalani hidup maka dunia akan semakin membenci Anda: Anda terjebak di antara ayah pemarah dan psikopatis atau dikenal sebagai bagian dari bangsat paling kotor di bumi ini.
Namun, bagaimanakah sebenarnya rasanya tumbuh berkembang dengan diktator kejam sebagai ayah? Berikut ini adalah 22 cerita gila-gilaan (yang dikutip dari lifetricks.com) tentang bagaimana rasanya menjadi anak orang yang paling dibenci di dunia ini, dan bagi kalian yang manja, yakinlah: rasanya tidak seperti kembang gula dan lolipop!
#1 – Jean-Marie Loret (Adolf Hitler)
Hitler merupakan diktator paling kejam sepanjang masa, namun dia tidak pernah punya anak….atau benarkah begitu?
Seorang Pria Prancis Jean-Marie Loret (dan putranya, Philipe) tampaknya berpikir bahwa Hitler tidak saja memiliki hubungan rahasia dengan seorang perempuan tak dikenal, tetapi dia juga berpikir bahwa dirinya adalah buah dari hasil hubungan gelap itu. Pengakuan Loret itu telah mengundang skeptisisme di mana-mana, dan tampaknya tidak ada yang menganggap klaim itu sebagai sesuatu yang serius, namun hal itu tidak menghentikannya untuk mendatangi media berbekal cerita dan autobiografinya sendiri yang diberi judul: “Ayahmu Bernama Hitler”.
Loret mendapatkan kejutan besar itu dari mulut ibunya pada 1948, namun sang ibu baru menceritakan hal itu menjelang kematiannya: dan tentu saja tidak ada orang lain yang dapat dijadikan saksi untuk membenarkan kejadian itu. Pengetahuan tentang asal usulnya itu mengakibatkan Loret mengalami begitu banyak komplikasi di dalam kehidupannya, sebagaimana tercatat bahwa istrinya pun meninggalkan dia ketika mengetahui asal usulnya. Loret telah berkunjung ke tempat-tempat penting di seluruh dunia untuk melihat secara langsung apa yang telah dilakukan ayahnya, sambil bercerita kepada siapa saja yang bersedia mendengar sejarah hidupnya. Satu-satunya hal yang lebih buruk daripada menjadi anak Hitler adalah tidak ada yang percaya kepada ceritamu (mungkin itu merupakah berkah tersembunyi).