INIPASTI.COM, TAKALAR- Cikoang, sebuah desa di Kecamatan di Mangarabombang, Kabupaten Takalar terletak kurang lebih 15 Km dari ibu kota kabupaten. Di sinilah tempat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dirayakan secara spektakuler dengan sebutan “Maudu Lompoa”. Banyak kalangan menyebut Maudu Lompoa ini berkaitan erat dengan awal kedatangan Sayyid Djalaluddin di Cikoang. Siapa dan bagaimana peran Sayyid Djalaluddin mengawali perayaan Islami yang sarat nuasa tradisi laut ini?
Oleh masyarakat Cikoang, terutama dari kerukunan Al-Aidid: turunan langsung Sayyid Djalaluddin (versi Cikoang), memandang bahwa memperingati maulid adalah rahmat dan kebahagiaan tersendiri bagi warga Cikoang. Inilah ajaran Sayyid Djalaluddin yang diyakininya hingga sekarang, maka pantaslah setiap tahunnya dalam bulan Rabiul Awal, peringatan “Maudu Lompoa” di Cikoang dirayakan besar-besaran.
Dalam jenjang peralihan masa dan pertukaran waktu, maka untuk mengetahui asal usul Sayyid Djalaluddin Ibnu Muh Wahid, diawali dengan sebuah kisah terciptanya Nur dari Allah kepada “khusu” Nabi Muhammad SAW.
Pengertian Nur bagi umat Islam pada khususnya, dan umat manusia pada umumnya, sebagaimana versi yang diperoleh Fajar di Cikoang, mengandung berbagai kepercayaan dan ketakwaan umat manusia.
Berdasarkan berbagai judul buku yang menyangkut sejarah Islam, menurut versi sumber inipasti.com maka dapat ditanggapi bahwa Nur Muhammad SAW adalah ciptaan pertama dari Allah SWT. Sehubungan dengan terjadinya Nur pada awalnya, memancarkan cahaya pada diri Abdullah (Ayah Muhammad SAW), dan tak disangka Nur itu beralih kepada Aminah (ibu Muhammad SAW).
Peralihan Nur ini tentu sangat mengherankan, dan tentu menjadi perhatian bagi keluarga Abdullah. Akhirnya dengan beralihnya Nur kepada diri Aminah, maka terjadilah kesepakatan antara Abd Muttalib dengan semua keluarganya, untuk menikahkan secara lahiriah antara Abdullah dengan Aminah.
Dengan Rahmat dan Taufik dari Allah SWT, maka gelar suami istri antara Abdullah dengan Aminah pun disepakati dengan wali Abdullah dengan wali Aminah. Aminah dengan Abdullah hidup dalam keadaan kasih sayang sebagaimana hidupnya suami istri. Di balik kasih sayang itu, ternyata tersimpan pula keajaiban dan sangat mengesankan bagi hidup dan kehidupan mereka berdua.
Keajaiban itu menjadi sumber mutlak untuk menentukan sesuatu, yaitu, Nur dengan Nur itu pula mengandung makna yang bersifat positif untuk ciptaan Allah SWT.