INIPASTI.COM, MAKASSAR – Di daerah perkotaan, utamanya kota metropolitan, sudah sangat jarang menyaksikan birunya langit. Bukan karena tertutup awan, tapi disebabkan polusi udara akibat gas buang dari kendaraan yang memadati jalan setiap harinya. Prihatin akan hal itu, PT Pertamina kembali menggalakkan program Langit Biru mengkampanyekan BBM ramah lingkungan.
Guna mendukung program tersebut Kantor Berita Radio (KBR) bekerjasama dengan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengadakan Webinar dengan mengangkat tema Penggunaan BBM Ramah Lingkungan Guna Mewujudkan Program Langit Biru, Kamis, 18 Maret 2021.
Dalam webinar itu, Pengamat Ekonomi Faisal Basri menegaskan bahwa sudah seharusnya bahan bakar dengan Ron di bawah 92 dihilangkan. “Masa pandemi ini adalah momentum tepat bagi pemerintah untuk ‘membunuh’ premium. Sekalian pertalite juga ‘dibunuh’,” tegasnya.
Namun, menurutnya, pemerintah tidak punya komitmen dan inkonsisten. Hal itu ditandai dengan masih didapatinya BBM jenis premium di pasaran. Olehnya secara lantang Faisal Basri mendesak agar penghapusan premium ini harus ada komando langsung dari Presiden Joko Widodo.
“Harus ada komando dari presiden kepada semua menteri dan pihak terkait,” jelasnya.
Sebab, dia menilai bahwa masyarakat akan tetap mengonsumsi premium selama premium masih tersedia meski masyarakat tahu akibat yang ditimbulkannya.
“Indikator pertama adalah harga. Semakin murah suatu barang, maka semakin banyak dibeli oleh masyarakat. Sedangkan harga Premium dan Pertamax masih relatif jauh berbeda,” katanya.
Senada dengan itu, ketua harian YLKI Tulus Abadi mengungkapkan bahwa masyarakat memilih premium dengan maksud untuk beririt. Akan tetapi menurutnya, masyarakat justru rugi jika menggunakan Premium dibandingkan menggunakan Pertamax.
“Niatnya untuk hemat, tapi konsumen justru rugi jika memaki premium. Pertama, jarak tempuhnya lebih rendah dibandingkan Pertamax. Kedua merusak mesin, jadi lebih boros pada maintenance kendaraan, kemudian emisi gas buangnya lebih tinggi,” urainya.
Kata Tulus, pengetahuan konsumen akan dampak penggunaan BBM dengan Ron rendah terhadap mesin sudah bagus. Akan tetapi, tambahnya, pemahaman terkait efek terhadap lingkungan masih rendah.
Olehnya, dia setuju dengan pendapat Faisal Basri bahwa BBM jenis premium sudah harus dihilangkan dari Indonesia. “Karena kasian, Indonesia menjadi salah satu negara dari 7 negara yang masih menggunakan Premium,” ujarnya.
(Sule)