INIPASTI.COM, JAKARTA – Tengku Zulkarnain menegaskan bahwa kasus penusukan Menkopolhukam Wiranto tidak boleh dikaitkan dengan kasus terorisme. Menurutnya, hal itu malah akan menakut-nakuti masyarakat.
Wakil Sekretaris Jendral Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia ini meminta, pemerintah adil dalam menanggapi kasus-kasus kekerasan yang terjadi. Karena dia menilai, ada perbedaan perlakuan terhadap setiap kasus yang terjadi.
“Treatment (perlakuan,red) yang dilakukan oleh penegak hukum juga tidak sama. Abu Rara ini langsung ada cerita bahwa dia itu radikal, terpapar teroris, ada afiliasi dengan ISIS, padahal yang ditikamnya (pak Wiranto) tidak mati,” katanya pada acara ILC yang mengusung tema ‘Misteri Penusuk Wiranto’ Selasa, 15 Oktober 2019 kemarin.
“Masyarakat melihat, dikaitkan dengan terorisme Islam. Ketika terjadi di Papua, presiden langsung bicara terang-terangan, ‘ini bukan ada pembunuhan, bukan ada radikalisme, tapi ada orang-orang separatis dari gunung yang turun membunuh orang-orang’, tidak ada kaitan dengan agama, tidak dikaitkan dengan radikalisme, teroris, berafiliasi ke Israel atau kemana-mana,” sambungnya.
“Mau kita, adil aja! Kalau di sana tidak ada kaitan dengan terorisme padahal pembunuhan 32 orang, ada yang dikampak anak balita, dokter dibakar hidup-hidup, itu bukan radikalisme agama. Kalau begitu, saudara Syahrial ini jangan dibilang radikalis agama. Tidak ada agama Islam mengajarkan seperti itu,” tambahnya lagi.
Tengku Zul menjelaskan bahwa ketidak adilan itu yang dilihat oleh masyarakat Indonesia. Hal itulah yang menurutnya membawa persepsi yang liar terhadap kasus penusukan Wiranto. Pada akhirnya, katanya, Indonesia tidak akan menjadi damai jika perlakuan pemerintah berbeda dalam menangani kasus kekerasan.
(Sule)