INIPASTI.COM – Bagaimana peta dukungan partai politik pada Pilgub Sulsel 2018 mendatang? Dari empat kandidat yang diunggulkan publik, hanya NH-Aziz yang aman, karena Partai Golkar memberikan dukungan gelondongan kepada NH sebagai calon tunggal. Untuk pertamakalinya Golkar menyiapkan karpet merah kepada kadernya tanpa proses kontestasi yang berarti.
NA-TBL yang sudah hampir dua tahun sosialisasi berpasangan, hingga hari ini belum ada satu pun partai yang menyatakan memberikan dukungan secara nyata. Meskipun, sudah puluhan kali NA meyakinkan timnya bahwa, sudah ada partai yang memberikan dukungan kepadanya, tapi hingga hari ini, puluhan pernyataan itu, hanya isapan jempol semata-mata, belum ada satupun parpol yang menyatakan secara resmi mendukung NA.
Sedangkan IYL, menyadari ketidakjelasan parpol, ia telah mempersiapkan jalur independent. Meskipun terus memburu sejumlah parpol. Sedangkan Agus Arifin Nu’mang, kandidat yang paling “adem” dan jarang mengumbar janji sudah mendapat dukungan PKB, meskipun hanya tiga kursi.
Kecuali Golkar dan PKB, beberapa partai lain belum memberikan signal yang jelas kepada kandidat yang mana hendak mereka dukung. Partai politik seakan-akan tidak memiliki platform yang jelas tentang bagaimana merekrut calon pemimpin.
Jika mengikuti kecenderungan politik para elit pada level nasional, kontestasi politik di Sulsel akan diisi oleh tiga kepentingan politik yang berbeda, yaitu kepentingan politik Jokowi, Prabowo, dan kekuatan politik alternatif. Kekuatan politik alternatif akan terbagi dua: menggunakan partai politik dan tidak menggunakan partai politik (jalur independen).
Barisan Jokowi akan dipimpin oleh PDIP, diikuti PPP, Nasdem, dan kemungkinan Hanura. Pasukan Prabowo akan dikomandani oleh Gerindra, diikuti PKS dan PAN. Partai Golkar akan berdiri sendiri di Sulsel. Sedangkan Demokrat berpeluang mengikuti Gerindra. Akhirnya, elit politik nasional akan terbelah pada dua nama, antara NA – Agus, Agus-Ichsan, atau Ichsan- NA.
Kelihatannya IYL jauh sebelumnya sudah menyiapkan diri maju melalui jalur independent. Kalau benar Ichsan tidak berminat mengejar partai politik, maka partai politik nasional akan terbelah antara Agus dan NA. Partai-partai kecil lainnya akan sangat cair, bisa masuk pada kelompok Jokowi, Prabowo atau mengekor pada Golkar.
Tidak mudah memetakan kecenderungan parpol kita, karena gaya politik parpol kita saat ini seperti negeri di atas awan, ada nama, tapi tanpa wujud. Sulit diterka, gampang goyah, sulit memiliki ketetapan. Lalu publik menduga-duga apa yang hendak dimainkan parpol? Apakah hanya uang dan kekuasaan, atau permainan politik di atas awan? (ip)