INIPASTI.COM, TAKALAR – Perencanaan Sayyid Djalaluddin dimulai dari keberangkatannya di Aceh menuju Banjar bersama istrinya, sampai ke tanah asal mertuanya di Gowa.
Maksud dan tujuan Sayyid Djalaluddin untuk menemui keluarga istrinya di Gowa, dan nanti di Gowa menyebarluaskan agama Allah sebagaimana yang terurai dalam Alquran, Surat An-Nahl, ayat 125 yang tafsirannya; “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”.
Baca juga :Orang Pertama yang Mengajarkan Kebenaran di Cikoang
Setiba Sayyid Djalaluddin di Gowa bersama dengan istrinya, ternyata penerimaan keluarga istrinya, kurang menyenangkan hati Sayyid Djalaluddin. Maka dengan itu, Sayyid Djalaluddin pamit pada istrinya, dengan satu tujuan untuk melihat dari dekat Pantai Celebes dan bermaksud juga ingin mengetahui ajaran agama anutan masyarakat dalam jajaran sektor Sombaya ri Gowa.
Sayyid Djalaluddin meninggalkan istana Sombaya ri Gowa dengan mengharapkan keikhlasan hati istrinya. Maka dengan izin dari istrinya, Sayyid Djalaluddin berangkat dengan membawa tikar sembahyang melalui sungai Barombong, lewat Pantai Galesong, dan akhirnya sampai di Sungai Cikoang ,Takalar.
Diceritakan, Idanda dan Ibunrang berada di sekitar ujung Sungai Cikoang, sedang menjaga surutnya air sungai dengan maksud, bila air sungai telah surut kualanya (bilana) yang terpasang di ujung Sungai Cikoang, ikan yang berada di dalam kualanya (bilana) mau diambil. Dalam versi masyarakat Cikoang, Idanda dan Ibunrang ini adalah ‘Tubaranina’ artinya kesatrianya masyarakat Cikoang.
Karena malam tak dapat diraih, mujur pun tak mungkin ditolak, tiba-tiba keduanya, Idanda dan Ibunrang melihat kenyataan ajaib, dan amat mengherankan. Mereka melihat Sayyid Djalaluddin duduk di atas selembar tikar, dan terapung di atas permukaan air laut. Atas kejadian misterius itu, maka mereka berdua menjemput Sayyid Djalaluddin dan dibawa ke daratan pinggiran Sungai Cikoang.
Setiba di Cikoang, Sayyid Djalaluddin mengadakan silaturahmi dengan Idanda dan Ibunrang bersama dengan masyarakat setempat. Dengan acara silaturahmi itu, Sayyid Djalaluddin menggunakan kesempatan sesuai maksud dan tujuannya, yaitu untuk menjelaskan tentang pengertian akidah Islam .(*)
Baca juga :Alkisah Sayyid Djalaluddin di Maudu Lompoa Cikoang
//