INIPASTI.COM – Sebuah pernikahan sesama wanita di Desa Pakuon, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, yang melibatkan wanita dengan inisial AD, baru-baru ini terbongkar setelah pihak terkait menemui sejumlah kejanggalan.
Kabar awalnya tidak sesuai dengan realitas, dan kepala desa setempat, Abdullah, memberikan klarifikasi terkait peristiwa tersebut.
Menurut Abdullah, awalnya masyarakat dihebohkan oleh kabar mengenai pernikahan dengan biaya besar yang mencapai miliaran rupiah. Namun, setelah investigasi lebih lanjut, diketahui bahwa AD enggan menunjukkan identitas aslinya.
Kepala Desa Pakuon menjelaskan bahwa pihaknya cek terlebih dahulu untuk mengantisipasi kemungkinan masalah yang mungkin muncul.
Proses penyamaran AD akhirnya terungkap setelah pemerintah desa dan warga menelusuri identitas aslinya. Pernikahan yang sebelumnya disangka sebagai pernikahan heteroseksual ternyata adalah pernikahan sesama wanita.
Abdullah mengungkapkan bahwa awalnya ada seseorang yang meminang perempuan di desanya dengan membawa uang miliaran rupiah, namun saat proses persyaratan nikah, identitas pria tersebut tidak dapat dibuktikan.
Pihak desa menemui keluarga AD untuk memastikan kebenaran informasi tersebut. Sayangnya, AD tidak dapat menunjukkan identitas diri yang jelas, seperti KTP atau identitas lainnya.
Alasan-alasan yang diberikan, seperti KTP diambil oleh ibunya karena tidak direstui, menjadi sorotan. Dengan ketidakjelasan identitas AD, pemerintah desa menolak memproses pernikahan tersebut dan mengeluarkan surat keputusan terkait hal ini.
Abdullah mengungkapkan kehati-hatian desa dalam memproses pernikahan, terutama setelah pengalaman buruk dengan pernikahan yang melibatkan pria tanpa identitas jelas yang ternyata terlibat dalam kegiatan kriminal.
Desa ingin memastikan bahwa identitas setiap individu yang menikah sudah jelas dan terverifikasi.
Beberapa hari setelah penolakan pemrosesan pernikahan, pemerintah desa mendapat informasi bahwa pernikahan antara AD dan perempuan asal desanya telah digelar dengan resepsi di rumah mempelai perempuan.
Namun, muncul masalah baru setelah acara tersebut terkait dengan biaya resepsi yang ternyata merupakan hasil pinjaman dari seorang warga.
Abdullah menyebutkan bahwa AD meminjam uang dari tetangga mempelai wanita dan hal ini menyebabkan kegaduhan. Situasi semakin rumit ketika pihak desa mengetahui bahwa AD bukanlah seorang pria, melainkan seorang perempuan asal Kalimantan yang memalsukan identitasnya untuk menikahi kekasihnya yang berasal dari Desa Pakuon.
Pemerintah desa akhirnya melakukan pemeriksaan lebih lanjut di kantor kecamatan untuk mengidentifikasi AD. Hasilnya, terungkap bahwa AD memalsukan statusnya sebagai perempuan demi menikahi kekasihnya.
Penipuan ini tidak hanya mengejutkan pemerintah desa, tetapi juga keluarga mempelai wanita yang tidak mengetahui identitas sebenarnya dari AD.
Abdullah menyatakan bahwa semua pihak terlibat menjadi korban dari penyamaran AD, termasuk orang tua dan mempelai wanita. Pemerintah desa memberikan pembinaan kepada warga dan keluarga terkait agar tidak terlalu membahas peristiwa ini.
Meskipun pernikahan tersebut tidak berlanjut karena melibatkan sesama jenis, pihak desa ingin memastikan agar tidak ada dampak negatif yang berlanjut.
Kejadian ini menciptakan kejutan di masyarakat Kabupaten Cianjur, yang dihebohkan oleh pernikahan sesama jenis dan penyamaran identitas yang tidak terduga.
Pemerintah desa menegaskan pentingnya kejelasan identitas dalam proses pernikahan untuk mencegah kemungkinan masalah di masa depan (sdn)