INIPASTI.COM – Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh mengatakan pihaknya masih mencari rekan koalisi yang cocok untuk menggelar konvensi calon presiden (capres) 2024 pada 2022 mendatang.
Surya berharap konvensi capres yang digelar pihaknya bisa menghasilkan kandidat nama untuk maju Pilpres 2024 mendatang.
Dilansir dilaman CNN, “NasDem mencoba menggodok ini, mencari partner konvensi yang cocok dianggap tepat dan tentu seiring dengan waktu juga harus bisa memastikan kalau konvensi dijalankan,” kata Surya kepada wartawan, Kamis 28 Oktober 2021.
Surya mengatakan konvensi yang akan digelar nanti merupakan tawaran dari NasDem dalam mencari sosok terbaik untuk diusung di Pilpres 2024.
Menurutnya, NasDem terus menggodok dan mencari partai politik lain yang sejalan untuk menggelar konvensi capres 2024 bersama.
Saat ditanya apakah sudah ada nama yang masuk dalam radar NasDem, Surya berkata, pihaknya masih melakukan pembahasan di internal.
“Jujur saja, jadi diperlukan lobi-lobi. Ini kan bagaimanapun kita harus mengajak, ya enggak semua punya pemahaman pemikiran seperti NasDem,” ujarnya.
Lebih lanjut, Surya mengaku tak memiliki niat menjadi peserta konvensi capres 2024 yang digelar partainya tersebut. Ia berkata NasDem membuka kesempatan lebar bagi semua orang.
“Kalau dia ketua umum partai dan dia peserta konvensi, apa ini ada benturan conflict of interest dong menurut NasDem,” katanya.
Sebelumnya, NasDem menyatakan mempertimbangkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, hingga Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno sebagai bakal capres 2024. NasDem saat ini tengah mencari mitra koalisi.
“Kalau nama yang ada, semua NasDem pertimbangkan. Misalnya Anies Baswedan, Ganjar, Sandi, dan lain-lain, itu sebenarnya masuk dalam pertimbangan NasDem,” ujar Saan dalam diskusi secara virtual, Kamis 7 Oktober 2021.
Saan mengatakan saat ini fokus utama NasDem adalah membangun koalisi untuk Pemilu 2024. NasDem menyadari tak bisa mengusung calon sendiri karena terbentur syarat presidential threshold atau ambang batas presiden (syakh/cnn)