INIPASTI.COM, Teori Segala Sesuatu (Theory of Everything atau ToE) adalah sebuah konsep dalam fisika teoretis yang bertujuan untuk menyatukan semua aspek fundamental dari alam semesta ke dalam satu kerangka kerja tunggal yang konsisten. Secara sederhana, teori ini berusaha menjelaskan dan menghubungkan semua fenomena fisik yang ada, termasuk gravitasi, elektromagnetisme, interaksi kuat, dan interaksi lemah, yang saat ini dijelaskan oleh dua teori utama: Relativitas Umum dan Mekanika Kuantum.
Relativitas Umum, yang dikembangkan oleh Albert Einstein, sangat baik dalam menjelaskan gravitasi dan fenomena skala besar seperti bintang, planet, dan galaksi. Sementara itu, Mekanika Kuantum berhasil menjelaskan tiga gaya fundamental lainnya (elektromagnetisme, interaksi kuat, dan interaksi lemah) serta perilaku partikel subatomik pada skala sangat kecil. Namun, kedua teori ini tidak kompatibel satu sama lain, terutama dalam kondisi ekstrem seperti di dekat lubang hitam atau pada saat Big Bang.
Teori Segala Sesuatu diharapkan bisa mengatasi ketidaksesuaian ini dengan menyatukan Relativitas Umum dan Mekanika Kuantum ke dalam satu teori yang utuh. Salah satu kandidat yang sering dibahas adalah Teori Dawai (String Theory), yang mengusulkan bahwa partikel dasar bukan titik, melainkan “dawai” satu dimensi yang bergetar pada frekuensi tertentu. Getaran ini menentukan sifat partikel, dan teori ini juga memprediksi adanya dimensi tambahan di luar empat dimensi ruang-waktu yang kita kenal (tiga dimensi ruang dan satu dimensi waktu).
Namun, hingga saat ini (Maret 2025), belum ada Teori Segala Sesuatu yang sepenuhnya diterima atau terbukti secara eksperimental. Para ilmuwan di berbagai institusi, termasuk xAI yang fokus pada percepatan penemuan ilmiah manusia, terus meneliti untuk mencapai terobosan ini. Jika berhasil, teori ini bisa menjadi kunci untuk memahami asal-usul alam semesta, sifat ruang-waktu, dan bahkan mungkin membuka pintu ke teknologi baru yang revolusioner.