Oleh Imam Mujahidin Fahmid (Dosen Universitas Hasanuddin)
Teori Foucault melalui wacana dan pengetahuan telah menembus pasar untuk membuat jenis kuasa baru, kuasa capital, kuasa ekonomi. Konsep kuasa yang dibangun Foucault tidak hanya berhubungan dengan struktur kekuasaan negara dan pemerintahan, tetapi terkait juga dengan kemampuan/daya upaya untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat di bidang ilmu pengetahuan lainnya. Lihat misalnya bagaimana teori ini dipraktekkan, kita ambil teks wacana pasar tentang produk minuman (teh botol, tolak Angin, dan Yakult).
Sejauh ini, konsep Foucault dapat beroperasi memenuhi tujuannya “menguasai kesadaran” publik apabila wacana, pengetahuan dan kuasa diramu berdasarkan konstruksi, realitas dan fakta yang sesungguhnya. Konsep Foucault tidak bisa dipraktekkan secara imajinatif, tanpa basis data dan realitas yang sesungguhnya.
Mari kita lihat ramuan pengetahuan, wacana untuk membentuk kuasa pada produk-produk berikut ini: Pertama, produk Yakult, produk minuman mirip yogurt yang dibuat dari fermentasi skimmed milk dan gula dengan bakteri Lactobacillus Casei. Yakult dipromosikan sebagai minuman yang bisa menjaga kesehatan pencernaan. Yakult diproduksi dan dijual di banyak negara; hampir semua di negara Asia, Australia, Amerika Latin dan Eropa. Meskipun diproduksi dan dipasarkan di banyak negara, akan tetapi bakterinya hanya bisa diproduksi di Jepang, kemudian dieksport ke sejumlah negara lain yang ikut memproduksi. Ini menunjukkan kuasa pengetahuan yang dimiliki Jepang terhadap produk Yakult sangatlah sempurna. Meskipun banyak produk minuman probiotik yang lain akan tetapi Yakult memiliki banyak peminat yang cukup signifikan dibanding produk minuman probiotik yang lain. Wacana pada produk minuman probiotik yakult ini, yang diproduksi, dijual dan tersebar di beberapa negara tetapi bakterinya tetap masih harus impor dari Jepang. Sekali lagi hal ini menandakan bahwa Jepang memiliki kendali /kuasa dalam proses produksi produk tersebut. Produk probiotik ini diminati karena berdasarkan wacana baik teks maupun lisan yang dipaparkan di media, Yakult memiliki manfaat untuk kesehatan pencernaan manusia, seperti dalam slogannya “sudahkah anda minum Yakult hari ini, Saya minum Dua”.
Hal yang sama terjadi pada produk Teh Botol dan Tolak Angin. Keduanya menguasai produk sejenis. Teh Botol mewacanakan “apapun makanannya, teh botol minumannya”. Sedangkan Tolak Angin, mewacanakan “orang pintar minum tolak angin.” Bagaimana pengetahuan bisa “menjungkirbalikkan” citarasa “teh-air-gula” yang dilarutkn, dan terasa yang cukup manis itu, dan berpotensi menaikkan gula darah, justru dijadiikan sebagai minuman utama bagi orang yang makan apapun. Tolak Angin lebih meyakinkan lagi, seakan-akan orang yang masuk angin dan tidak minum Tolak Angin adalah orang bodoh. Kuasa pengetahuan menggiring kita, seolah-olah campuran “jahe-madu-kayu ules & adas” itu diturunkan dari langit oleh sang dewa, mampu menyebuhkan dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Singkat cerita,wacana dan atau kuasa dalam pandangan Foucault lebih bersifat produktif, menghasilkan serangkaian pengetahuan yang menggerakkan hidup manusia. Diskursus medis melahirkan cara hidup sehat dalam masyarakat, diskurus matematika menggerakan perdagangan dan industri, diskursus pendidikan menghasilkan sekolah dan lembaga pendidikan lainnya. Akan tetapi jangan terburu-buru memaknai diskursus sebagai landasan dari setiap praktik kehidupan. Kita perlu untuk hati-hati mendekati pengertian wacana dalam pandangan Foucault. Disinlah kita sejenak merenungkan pikiran Foucault, bagaimana ia menggunakan analisis diskursus untuk memahami kekuasaan yang tersembunyi dibalik pengetahuan. Analisisnya terhadap kekuasaan dan pengetahuan memberikan keyakinan bahwa kekuatan pengetahuan dapat melanggengkan dominasi terhadap konsumen dan kelompok marjinal. Jejak Foucault banyak direplikasi terutama oleh elit kuasa politik dan elit kuasa ekonomi, tujuannya untuk melanggengkan dan memperluas kekuasaannya. Sedangkan bagi elit ekonomi harapannya untuk meng-kapitalisasi modal mereka.