INIPASTI.COM, MAKASSAR – Fakultas Kedokteran UNHAS, UNICEF, Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan bekerjasama dengan pemerintah daerah Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara mengadakan Focus Grup Discussion (FGD) untuk mendorong percepatan eliminasi malaria di dua kabupaten tersebut. Kegiatan ini berlangsung di Hotel Grand Metro Permai, Makale (17/2) dan dihadiri unsur lintas sektoral dari Dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, beberapa camat serta tokoh agama baik dari Kabupaten Tana Toraja maupun Kabupaten Toraja Utara.
Dalam pertemuan tersebut dipaparkan bahwa provinsi Sulawesi Selatan mempunyai target mendapatkan sertifikat eliminasi malaria pada tahun 2024. Dan saat ini masih ada 4 kabupaten yang belum mendapatkan sertifikasi bebas malaria yakni, Sinjai, Pangkep, Tana Toraja dan Toraja Utara. Kabupaten Sinjai dan Pangkep akan maju sertifikasi pertengahan tahun ini sehingga tersisa dua kabupaten lagi yakni Tana-Toraja dan Toraja Utara. Dua kabupaten ini penting mendapatkan perhatian agar segera bebas dari malaria karena keduanya merupakan bagian daerah tujuan wisata utama Indonesia yang kini sedang dikembangkan oleh pemerintah. Diharapkan sebelum tahun 2024, Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara bisa segera mendapatkan sertifikat eliminasi malaria.
Tantangan utama malaria di Tana Toraja dan Toraja Utara adalah perantau Toraja dari daerah endemik seperti Papua, Kalimantan dan lainnya, saat pulang ke Toraja. Laporan dari Dinas Kesehatan Tana Toraja dan Toraja Utara, dalam dua tahun terakhir tidak ada lagi kasus penularan setempat. Sebagian besar kasus malaria yang ditemukan adalah kasus impor yang dibawa oleh para perantau tersebut. Diagnosis dan pengobatan cepat sangat penting dilakukan untuk mencegah penularan malaria karena baik di kabupaten Tana Toraja maupun di Toraja Utara sendiri ditemukan adanya nyamuk anopheles sebagai penular penyakit malaria.
Untuk menyukseskan program eliminasi malaria di Toraja, salah satu hal yang harus dikuatkan kata dr. Joko Hendarto, Ph.D dari Fakultas Kedokteran UNHAS adalah surveilans migrasi berbasis masyarakat dan ini butuh dukungan semua pihak, tidak hanya sektor kesehatan. Dalam kegiatan surveilans ini diharapkan masyarakat bisa berperan aktif menyampaikan informasi kepada Puskesmas jika ada pendatang dari daerah endemik malaria di wilayah mereka untuk segera diperiksa sebelum sakit dan bisa menjadi sumber penularan bagi masyarakat lainnya.
“Kadangkala saudara-saudara kita dari daerah endemik seperti Papua itu tidak menunjukkan gejala sakit malaria tapi mereka bisa saja membawa parasit malaria dalam darahnya. Mereka ini bisa menjadi sumber penularan malaria pada orang lain saat tergigit nyamuk anopheles. Apalagi kita punya nyamuknya di Toraja. Jadi kita harapkan mereka mau memeriksakan diri ke Puskesmas terdekat. Pemeriksaan malaria dan obat malaria telah tersedia lengkap di seluruh Puskesmas di Kabupaten Tana Toraja maupun Toraja Utara.”
Dalam pertemuan ini juga muncul usulan untuk melibatkan para tokoh agama seperti pendeta untuk menyampaikan informasi tentang pentingnya eliminasi malaria di Tana Toraja dan Toraja Utara. Untuk itu mereka juga minta dibekali pengetahuan terkait malaria agar bisa menyampaikan informasi terkait eliminasi malaria dengan benar bagi masyarakat.
Dinas perhubungan dan beberapa perwakilan bus angkutan Makassar-Toraja pun menyambut upaya untuk menyukseskan program eliminasi malaria di Toraja. Seperti diketahui modalitas angkutan utama penumpang dari Makassar-Toraja adalah bus, maka peran mereka sangat startegis untuk meneruskan informasi kepada para penumpang terutama yang berasal dari daerah endemis malaria agar mereka mau memeriksakan diri ke Puskesmas.
Kegiatan ini sendiri akan dilanjutkan dengan pelatihan surveilans malaria bagi petugas kesehatan di dinas kesehatan kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara sehingga diharapkan terjadi peningkatan kapasitas SDM para tenaga kesehatan di kedua kabupaten tersebut untuk mendukung percepatan eliminasi malaria. (RLS)