MAKASSAR – Salah satu agenda penting pemerintah menjelang idul fitri adalah menjaga tingkat perubahan ekonomi yang disebabkan karena proses kenaikan harga secara terus menerus dan saling pengaruh mempengaruhi terhadap komoditi pokok masyarakat. Dan, melakukan kontrol atas meningkatnya persediaan uang, yang dapat menyebabkan meningkatnya harga. Kemampuan pemerintah melakukan kontrol terhadap kenaikan harga dan persediaan uang itu, akan berujung pada tingkat inflasi yang stabil.
Salah satu provinsi di Indonesia yang cukup berhasil menjaga stabilitas inflasi tahunan lima tahun terakhir adalah provinsi Sulsel.
Menurut Agus Arifin Nu’mang, Wagub Sulsel, “sebagai sebuah gejala ekonomi, inflasi tidak mungkin kita hilangkan secara keseluruhan, yang kita lakukan di Sulsel adalah menjaga agar inflasi berada diantara 5-8 persen (inflasi ringan), dengan cara melakukan kontrol dan intervensi terhadap pasar, dengan melibatkan semua stake holder yang ada di daerah ini.” Langkah lain menurut Agus Arifin adalah membuka komunikasi dengan konsumen dan pelaku pasar. Pemerintah menurutnya harus piawai membangun komunikasi ekonomi dengan semua stake holder, untuk menanyakan, memastikan soal distribusi, ketersediaan bahan-bahan pokok dan harga yang sedang berlaku. Pada saat hari-hari besar nasional seperti Hari Raya Iidul Fitri cenderung terjadi tindakan pasar yang spekulatif. Kondisi ini harus dikontrol oleh pemerintah, lanjut Agus.
Agus mengakui, pada umumnya, jenis inflasi yang terjadi di Sulsel karena adanya kenaikan permintaan untuk beberapa jenis barang. Dalam hal ini, permintaan masyarakat meningkat secara agregat (aggregate demand). Peningkatan permintaan ini dapat terjadi karena peningkatan belanja pada pemerintah, peningkatan permintaan akan barang untuk diekspor, dan peningkatan permintaan barang bagi kebutuhan swasta. Kenaikan permintaan masyarakat (aggregate demand) ini mengakibatkan harga-harga naik karena penawaran tetap. Kalau kenaikan harga yang disebabkan karena meningkatnya permintaan, menurut Agus itu positif, karena menggambarkan adanya daya beli masyarakat yang baik. Inflasi karena jumlah uang yang beredar bertambah. Hal kedua yang sering terjadi di Sulsel, sambung Agus adalah kenaikan harga barang yang dipengaruhi oleh karena meningkatnya jumlah uang yang beredar dan harga-harga. Secara teoritis, bila jumlah barang itu tetap, sedangkan uang beredar bertambah dua kali lipat maka harga akan naik dua kali lipat. Penambahan jumlah uang yang beredar dapat terjadi misalnya kalau pemerintah memakai sistem anggaran defisit. Kekurangan anggaran ditutup dengan melakukan pencetakan uang baru yang mengakibatkan harga-harga naik. Dua jenis inflasi ini relatif dapat dikontrol oleh pemerintah.
Yang harus kita hindari adalah terjadinya kenaikan harga, tapi tidak diikuti dengan kemampuan daya beli masyarakat. Di Sulsel jarang terjadi jenis inflasi karena kenaikan biaya produksi (Cos Pull Inflation). Karena kenaikan pada biaya produksi didorong oleh karena kenaikan harga-harga bahan baku, misalnya karena keberhasilan serikat buruh dalam menaikkan upah atau karena kenaikan harga bahan bakar minyak. Kenaikan biaya produksi mengakibatkan harga naik dan terjadilah inflasi.
Untuk penanganan inflasi, pemerintah daerah dan pemerintah pusat harus bergandeng tangan dengan pengusaha untuk melakukan kontrol. Pemerintah daerah tidak memiliki kekuatan untuk menangani inflasi yang bersumber dari luar negeri. Inflasi jenis ini terjadi karena ada kenaikan harga di luar negeri. Pada perdagangan bebas, banyak negara yang saling berhubungan dalam perdagangan. Bila suatu negara mengimpor barang pada negara yang mengalami inflasi, maka otomatis kenaikan harga tersebut (inflasi) akan memengaruhi harga-harga dalam negerinya sehingga menimbulkan inflasi. Hal yang sama menurut Agus, bila terjadi inflasi yang disebabkan karena pencetakan uang baru oleh pemerintah atau penerapan anggaran defisit, dan atau terjadi karena kegagalan panen, akan menyebabkan penawaran pada suatu jenis barang berkurang, sedangkan permintaan tetap, sehingga harga-harga akan naik. Pemerintah pusat dan daerah harus melakukan tindakan yang kompherensif untuk melakukan kontrol.
Sejauh ini menurut Agus, paling tidak selama tujuh tahun terakhir, kadar inflasi di Indonesia, khususnya di Sulsel, inflasinya berada pada level yang justru dapat meningkatkan kegiatan perekonomian. Ini dapatdibuktikan dengan kondisi eksport, minat orang menabung, dan kalkulasi harga pokok yang masih sangat bagus, tutup Agus.