INIPASTI.COM, Aktivis India, Irom Sharmila, mengakhiri mogok makan yang telah dijalani selama 16 tahun, sebagai protes terhadap undang-undang keamanan kontroversial, guna mengikuti pemilihan lokal.
Protes tersebut, yang digambarkan sebagai mogok makan terlama yang pernah dilakukan di dunia, membuat dirinya ditahan, dan diberi makan paksa melalui slang yang dimasukkan ke hidungnya, selama lebih sepuluh tahun.
Dia ditahan berdasarkan hukum yang menganggap upaya bunuh diri sebagai tindakan kriminal. Pengadilan di timur laut negara bagian Manipur menerima pembebasan dengan jaminan pada Selasa dan memintanya untuk hadir kembali ke pengadilan pada 23 Juni.
Sharmila telah menandatangani pembayaran uang jaminan dan dirinya akan dibebaskan dari tahanan pengadilan di sebuah rumah sakit setelah prosedur pembebasan diselesaikan. Dia mencicipi madu yang secara simbolis menandai penghentian mogok makan di hadapan para jurnalis di rumah sakit.
‘Agitasi Berbeda’
Sharmila mengatakan kepada pengadilan di ibu kota negara bagian, Imphal, bahwa dirinya merupakan “tawanan hati nurani” dan dia ingin mengakhiri mogok makan agar dia bebas dan berjuang dalam pemilihan parlemen setempat.
“Saya harus mengubah strategi. Sebagian orang memandang saya sebagai perempuan aneh karena saya ingin terlibat ke dunia politik. Mereka mengatakan bahwa politik itu kotor, tapi masyarakat juga tak kalah kotornya. Saya ingin ikut pemilihan untuk melawan pemerintah,” katanya.
Dia memberi tahu para wartawan bahwa dirinya ingin “mencoba melakukan agitasi [dalam bentuk] berbeda” karena “saya telah berpuasa selama 16 tahun namun belum menghasilkan apa-apa.”
Sharmila memperotes undang-undang kekuasaan khusus angkatana bersenjata (AFSPA), yang memberi kekuasaan kepada para tentara untuk menahan tanpa surat perintah penahanan bahkan melakukan aksi tembak mati dalam situasi tertentu.
AFSPA diberlakukan di berbagai negara bagian di India, termasuk negara bagian Manipur dan wilayah Kashmir yang dikuasai India. Sharmila mulai aksi mogok makan 16 tahun lalu saat 10 warga sipil terbunuh oleh tentara India di Manipur.
Dia telah menghabiskan sebagian besar dari 16 tahun itu di rumah sakit sebagai tahanan pengadilan di ibu kota Manipur, Imphal, tempat dia dipaksa diberi campuran obat dan makanan bayi memalui slang yang dipasang di hidungnya.
Diperkirakan, pemerintah harus mengeluarkan biasa UDSD500 per minggu hanya untuk obat dan makanan bayi itu. Dia sempat dibebaskan pada Agustus 2014 setelah pengadilan menolak tuntutan bahwa Sharmila “mencoba bunuh diri”. Namun, dia ditangkap kembali dua hari kemudian setelah dia menolak mengakhiri protesnya.
Protes Sharmila mendapat perhatian dari seluruh dunia, dan Amnesty Internasional menggambarkan dirinya sebagai tahanan hati nurani.
Sementara itu, sebuah tugu peringatan telah dibangun di sebuah lokasi di Manipur untuk mengenang 10 warga sipil yang tewas ditembak tentara India. Negara bagian itu memiliki populasi sekitar 2,5 juta jiwa dan tentara, paramiliter serta polisi dalam jumlah besar yang ditempatkan di sana untuk menghadapi kelompok pemberontak.