INIPASTI.COM, ALEPPO – Anak-anak di kota Aleppo, Suriah, terancam bahaya penyakit kecuali jika pasokan air dan lIstrik segera dipulihkan, kata badan PBB urusan anak-anak.
Sementara itu, PBB mengatakan penghentian sementara pertempuran diperlukan untuk memungkinkan jalur pasokan air dan listrik untuk diperbaiki.
Sekitar dua juta jiwa menderita kekurangan pasokan bahan kebutuhan dasar, kata PBB seperti dikutip BBC.
Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak semakin meningkat intensitasnya dalam beberapa minggu terakhir.
Paling tidak, sekitar 250.000 orang diyakini terjebak di wilayah yang dikuasai pemberontak di bagian timur kota Aleppo sejak jalur utama untuk masuk ke wilayah itu ditutup pasukan pemerintah sejak awal Juli lalu.
Pada Minggu (7/8/2016), giliran pasukan pemberontak menutup jalur utama pemerintah menuju bagian barat kota Aleppo.
Sejak itu, wilayah tersebut menjadi sasaran pengeboman gencar dari pasukan pro-pemerintah.
Seorang di antara segelintir dokter yang masih bertahan di Aleppo mengungkapkan bagaimana petugas medis dan warga sipil menghadapi kematian setiap hari di kota itu. Unicef mengatakan pasokan air ke kota itu telah terhenti selama empat hari.
“Anak-anak dan keluarga di Aleppo menghadapi malapetaka,” kata Hanaa Singer, perwakilan Unicef di Suriah.
Suhu udara mencapai 40ºC di Aleppo minggu ini.
Sementara itu, PBB juga menyatakan keprihatinan yang sama dengan Unicef dan mengatakan hanya gencatan senjata penuh dan jeda 48 jam setiap minggu untuk kegiatan kemanusiaan yang memungkinkan mereka mencapai setiap orang yang perlu bantuan dan memasok kembali makanan dan obat-obatan yang persediaannya sudah nyaris habis.
“Rumah sakit dan klinik tak henti-hentinya dijadikan sasaran pengeboman, sehingga sangat memperburuk kondisi kesehatan dan kehidupan warga sipil di Aleppo,” kata Yacoub el-Hilo, Residen dan Koordinator Bantuan Kemanusiaan PBB di Suriah, dan Kevin Kennedy , Koordinator Bantuan Kemanusiaan Regional bagi Krisis Suriah.
Aleppo dulu merupakan ibu kota perdagangan Suriah dan memiliki kekayaan arsitektur dan warisan arkeologis.
Sebagian besar di antara bangunan dan kekayaan arkeologis itu telah hancur atau dicuri selama konflik yang telah berlangsung lebih lima tahun itu.