MUNICH – Penembak berusia 18 tahun yang membunuh sembilan orang dalam penembakan massal di Munich pada Jumat lalu menghabiskan waktu lebih dari setahun untuk merencanakan serangan dan membeli senjata genggam di situs web gelap, kata tim penyidik.
Penyidik Bavaria Robert Heimberger mengatakan Ali Sonboly telah mengunjungi lokasi penembakan sekolah yang sebelumnya terjadi di kota Winneden, Jerman, dan mengambil gambar di sana, sehingga menambah bukti terhadap klaim kepala kepolisian Munich, Hubertus Andrae, bahwa bahwa remaja itu “terobsesi terhadap penembakan membabi buta”.
Penyidik juga menemukan di komputer remaja itu foto-foto Anders Breivik, yang membunuh 77 orang di Norwegia pada 2011 lalu. Penembak Munich merencanakan serangannya pada perayaan lima tahun penembakan dan menggunakan pistol yang mirip Glock 17.
Pihak berwenang juga membenarkan bahwa penembak itu telah menulis manifesto sebelum melakukan penyerangan, namun tidak mengungkapkan rincian isinya.
Identitas penembak itu dikonfirmasikan kepada polisi oleh ayahnya sendiri, yang mengenali anaknya melalu video yang beredar di media sosial setelah penembakan dan melapor ke polisi, kata Heimberger.
Menurut Heimberger, remaja itu kemungkinan membeli senjatanya secara online, melalui situs web gelap yang menelusuri senjata ilegal yang diposting di web gelap, suatu wilayah di internet yang memungkinkan user untuk tetap anonim dan sering kali digunakan untuk tujuan-tujuan ilegal. Polisi sampai pada kesimpulan tersebut setelah mengamati messaging history pada komputer pelaku.
Pihak berwenang telah mengonfirmasikan bahwa senjata tersebut pada mulanya merupakan versi senjata yang digunakan dalam pembuatan film bioskop, yang kemudian dimodifikasi untuk menembakkan peluru tajam. Senjata serupa yang dimodifikasi ulang telah digunakan dalam penembakan Charlie Hebdo pada Januari 2015 di Paris, Prancis.
Mereka juga menegaskan senjata yang digunakan di Munich memiliki tanda cap dari Slowakia bertahun 2014. Tanda cap ditambahkan ke laras senjata setelah uji tekanan dilakukan untuk memastikan bahwa senjata itu dapat digunakan menembak tanpa merusak larasnya.
Menteri dalam negeri Bavaria, Joachim Herrmann menyebutkan harga senjata itu “beberapa ratus euro” dan pihak berwenang sedang menyelidiki apakah Sonboly dapat membeli senjata itu dengan uang yang dikumpulkannya dari berjualan koran, yang merupakan sumber penghasilan satu-satunya.
Hans Scholzen, seorang pakar senjata Jerman, memberi tahu the Guardian bahwa senjata Hasil deaktivasi serupa itu dapat dibeli secara legal seharga 200 euro. “Namun, senjata yang sengaja dideaktivasi di Jerman tidak dapat ditembakkan dengan peluru tajam tanpa menghancurkan larasnya,” katanya. “Jadi, senjata tersebut pasti telah dideaktivasi secara serampangan dan dilakukan di negara yang tidak memantau deaktivasi senjata api secara memadai.”