INIPASTI.COM, MAKASSAR – Pada upacara peringatan Hari Korban 40.000 Jiwa rakyat Sulawesi Selatan (Sulsel) yang ke-70 tahun, Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyampaikan pidatonya sebagai Inspektur Upacara. SYL mengingatkan agar warga tidak mudah terpecah-pecah oleh berbagai kepentingan. Sebagai orang nomor satu di Sulsel, ia pun mewanti-wanti akan bahaya proxy War (perang yang tidak tampak) yang menurutnya sedang mengancam Indonesia.
“Proxy war adalah perang cara baru yang mengincar negara-negara kaya termasuk Indonesia, kita harus hindari itu. Kita harus bersatu dan mari katakan Kita Indonesia,” tegas SYL pada upacara yang digelar di Monumen Perjuangan Korban 40.000 Jiwa, Minggu (11/12/2016).
Menurutnya, perang tersebut harus diwaspadai karena pergerakan dan sasarannya tidaklah diketahui. Olehnya itu ia mengajak para pemuda Indonesia, khususnya Sulsel untuk membangkitkan kembali semangat perjuangan Korban 40.000 jiwa ini.
Senada dengan itu, Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan ‘Danny’ Pomanto yang ditemui seusai acara, berharap agar semangat perjuangan korban 40.000 jiwa diwarisi dan melekat dalam karakter generasi muda Makassar. “Sangat jelas dalam sejarah Nusantara, Sulsel memiliki kisah perjuangan yang sangat berkontribusi terhadap pergerakan kemerdekaan RI. Bagaimana perlawanan para raja dan rakyat menghadapi pasukan khusus dari Belanda tanpa takut sedikit pun walau korban mencapai 40.000 jiwa,” tambahnya.
Danny mengatakan, semangat yang tidak pernah surut dengan apa yang telah diperjuangkan para pendahulu bangsa ini mestinya menginspirasi generasi penerus bangsa saat ini. Terlebih lagi, lanjutnya, sebagaimana yang disampaikan oleh Gubernur Sulsel, bangsa ini sedang menghadapi proxy war. Karenanya, menurut Danny, semangat itu harus tumbuh kembali dan tertanam dalam diri anak-anak di Makassar sebagai benteng bangsa ini ke depan.
Pada kesempatan yang sama juga dilakukan penyerahan bingkisan secara simbolik sebagai penghargaan terhadap 10 veteran dan janda veteran korban 40.000 jiwa. Diantaranya kepada Makmur, Haji Suka, Lia Dg. Ngewa, Abd Hamid, Indo Tuwo Tenggeng, Muna Dg Kinang, Sittiara, Hajrah, Nurung, dan Hajah Syarifah.