PERGANTIAN kabinet atau reshufle adalah hal yang biasa, ibarat di dunia sepakbola, hanya merefresh dinamis permainan untuk memperkuat tim kerja.
Tetapi dari segi tarikan politiknya, justru Partai Golkar dan PAN diuntungkan karena ada kadernya yang masuk gerbong kabinet.
Demikian ditegaskan dosen FKIP Universitas Pejuang Republik Indoesia (UPRI) Makassar, Dr. Sudirman Muhammadiyah M. Si, Kamis 28 Juli 2016.
Sebabaliknya, jika dilirik dari aspek sosiologi politik ada banyak perspektif melatari perombakan kabinet kali ini. Mungkin saja karena relasi kekuasaan dengan partai politik, tegas doktor sosiologi politik PPs-UNM ini.
Realitas politik menunjukkan Menteri Pendidikan, Anies Baswedan terdepak dari lingkaran kekuasaan presiden karena tidak memiliki dukungan kuat dari partai politik, tegas magister sosiologi PPs-Unhas ini.
Perombakan kabinet adalah wilayah kewenangan Presiden Joko Widodo. Tetapi pada perubahan kabinet kali ini poin besarnya pada tim ekonomi.
Hal itu terbaca dari masuknya Sri Mulyani yang sering di cap selaku penganut neolib sebagai usaha perbaikan ekonomi, ungkap pengurus Forum Karang Taruna Sulsel ini.
Padahal dalam pengamatan saya, seharusnya yang layak diganti dari kinerja yang terkait hukum. Sektor hukum ini yang sangat payah penanangannya di negeri ini.
Penulis: Yahya