INIPASTI.COM, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, negaranya menggunakan pangkalan udara di bagian barat Iran untuk melakukan serangan udara ke Suriah. Pesawat pengebom jarak jauh Tupoloev-22M3 dan pesawat tempur Sukhoi-34 tinggal landas dari Hamedan pada Selasa (16/8/2016), kata sebuah pernyataan sebagaimana dilaporkan BBC.
Sasaran serangan adalah kota Aleppo, provinsi Idlib dan Deir al-Zour, tambahnya. Sementara itu, penduduk lokal melaporkan 27 warga sipil tewas akibat serangan udara.
Dilaporkan bahwa itu merupakan kali pertama Rusia menyerang sasaran di Suriah menggunakan pangkalan udara negara ketiga sejak serangan untuk membantu presiden Suriah itu mulai dilancarkan tahun lalu.
Iran merupakan sekutu utama Presiden Bashar al-Assad di kawasan itu dan telah menyediakan bantuan militer dan finansial yang signifikan sejak perlawanan terhadap Bashar mulai pecah pada 2011 lalu.
Dalam beberapa bulan terakhir, pejabat senior Iran dan Rusia membicarakan cara meningkatkan kerja sama militer, seperti dilaporkan wartawan BBC Steve Rosenberg di Moskow.
Minggu lalu, Rusia meminta Iran dan Irak untuk mengizinkan peluru kendali penjelajah Rusia melintasi wilayah udara mereka guna melakukan serangan ke sasaran di Suriah.
Rusia telah mengoperasikan jet dan helikopter dari pangkalan udara Suriah sejak setahun terakhir, namun baru kali ini Moskow menempatkan pesawat udaranya di negara ketiga di wilayah itu.
Laporan menunjukkan bahwa hingga enam pesawat Tupolev-22M3–yang oleh Nato diberi nama sandi “Backfire”–kini beroperasi dari pangkalan udara di bagian barat Iran.
Pesawat-pesawat itu–yang semula dirancang sebagai pesawat pengebom strategis jarak jauh–telah melakukan serangan udara di Suriah namun selama ini pangkalan yang digunakan berada di bagian selatan Rusia. Penempatan pesawat tersebut di Iran telah mengurangi secara dramatis rentang waktu pelaksanaan misi mereka. Kementerian pertahanan Rusia juga mengatakan pesawat tempur Sukhoi-34 yang tidak disebutkan berapa jumlahnya juga telah dikirim ke Iran.
Penempatan pesawat tersebut menunjukkan semakin dipergencarnya serangan udara Rusia–yang mungkin merupakan refleksi luasnya skala pertempuran di dan sekitar kota Aleppo–sekaligus juga menandakan kian mesranya hubungan antara Moskow dan Teheran, dua negara sekutu utama Suriah.
Pernyataan dari kementerian pertahanan Rusia menyebutkan bahwa serangan Selasa (16/8/2016) itu telah menewaskan “sejumlah besar” pasukan militan dari yang dinamakan Islamic State dan Jabhat Fateh al-Sham, yang merupakan kelomok jihad saingan dari pasukan Front al-Nusra, kelompok jihad sebelumnya.
Serangan udara tersebut juga telah mengakibatkan hancurnya lima gudang penyimpanan senjata, amunisi dan bahan bakar, dan pusat pelatihan pasukan jihad di bagian utara provinsi Ildlib dan Aleppo, tambahnya. Tiga pusat komando di bagian timur provinsi Deir al-Zour juga jadi sasaran serangan tersebut.
Komite Koordinasi Lokal di Suriah mengatakan 15 warga sipil tewas akibat serangan udara Rusia di distrik Tariq al-Bab, Aleppo, dan dua lagi tewas di distrik Daret Izza.
Sedangkan 10 orang lainnya tewas di pemukiman Ommal di Deir al-Zour, kata laporan komite itu.
Pada Selasa itu juga, Pengawas Hak Asasi Manusia menuduh pesawat pemerintah Rusia dan Suriah telah menggunakan bom curah di wilayah hunial warga sipil, yang merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional–tuduhan yang disangkal oleh Moskow.
Analisis terhadap foto dan video mengindikasikan setidaknya ada 18 serangan bom curah pada wilayah Aleppo yang dikuasai pemberontak dan Idlib yang dilakukan antara 5 Juni hingga 10 Agustus 2016, kata kelompok berbasis di AS tersebut. Saksi mata dan petugas gawat darurat melaporkan setidaknya 12 warga sipil terluka dalam lima serangan.