INIPASTI.COM, MERAUKE – Kabupaten Merauke memiliki potensi pertanian yang sangat besar. Selain tanaman pangan, komoditas hortikuktura khususnya bawang merah memiliki potensi yang baik karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan peluang pasar yang besar. Komoditi pertanian ini bahkan disebut-sebut memberi pengaruh yang siginfikan pada inflasi dan perekonomian daerah Papua, maupun nasional.
Sayangnya, kata Kepala Bidang Hortikultura, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) kabupaten Merauke, Ir Daniel Hariej, Merauke menghadapi persoalan fundamental terhadap komoditi bawang merah. Masalah fundamental yang dimaksud karena bawang merah selalu mengalami fluktuasi harga, yang jauh di atas harga normal.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Dinas TPH melakukan berbagai strategi agar dapat memenuhi kebutuhan bawang merah, yaitu pengembangan kawasan sentra produksi dengan menerapkan sistem budi daya dan teknologi yang baik.
Diharapkan pemerintah daerah berkolaborasi dengan pemerintah pusat sehingga selain komoditas unggulan padi di merauke perlu serius memberikan perhatian pada pengembangan komoditas bawang merah.
Pada tahun 2016 melalui DIRJEN hortikultura memberikan alokasi anggaran untuk pengembangan bawang merah seluas 30ha. “Ini masih sangat jauh dari kebutuhan petani dan potensi SDA yang dimiliki kabupaten Merauke sehingga dalam pewilayahannya masih nampak spot-spot tidak dalam hamparan yang luas,” kata Daniel.
Sebagai langkah awal, pada 22 Sepetember 2016 lalu, telah dilakukan panen perdana di wilayah pengembangan baru seluas 1 ha di kelurahan Rimba Jaya Distrik Merauke. Panen perdana itu dihadiri pihak Dinas TPH kabupaten Merauke dan sejumlah staf Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) serta petani penggarap.
Daniel menambahkan bahwa dengan melihat hasil yang sudah diperoleh, dapat dipastikan memiliki potensi hasil yang cukup baik, berkisar 7-8 ton per hektar.
Di sela kegiatan tersebut, Sunaryo SST, salah satu PPL yang membantu petani, menyampaikan bahwa hasil tersebut telah diminati oleh pasar dengan harga yang cukup baik. Sebagai pendamping, Surnayo menegaskan untuk tidak menggunakan pestisida dan minim penggunaan pupuk kimia. Dengan demikian, dapat menepis anggapan bahwa kualitas bawang merah asal Merauke kurang diminati oleh pasar.
Senada dengan pendapat tersebut, Daniel Hariej mengatakan bahwa kualitas bawang merah di kabupaten Merauke secara bertahap memiliki peningkatan kualitas. “Ke depannya diharapkan dapat bersaing dengan kualitas bawang dari luar,” tandasnya.