Dikutip dari BBC, 27 Juli 2016
Presiden Peru saat ini, Ollanta Humala, telah menolak memberikan grasi atau pengampunan kepada mantan presiden Alberto Fujimori yang saat ini tengan menjalani hukuman penjara.
Fujimori, yang dijatuhi vonis penjara 25 tahun dengan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia, mengajukan permohonan grasi pada Jumat. Ketika ditanya oleh wartawan TV, Presiden Humala mengatakan: “Saya ingin menegaskan mengenai hal ini, saya tidak akan memberi grasi kepadanya.”
Pada Kamis, Mr Humala akan mengalihkan kekuasaan kepada presiden terpilih Pedro Pablo Kuczynski, yang juga menentang pemberian grasi kepada Fujimori.
Berdasarkan Undang-unadang Peru, pemberian grasi merupakan hak prerogatif presiden. Ini adalah kali kedua Fujimori mengajukan permohonan grasi.
Presiden Humala menolak permohonan sebelumnya yang diajukan pada 2013, dan mengatakan bahwa Fujimori tidak berada dalam kondisi kesehatan yang buruk untuk diberi grasi.
Sosok yang Memecah-belah
Fujimori memimpin Peru selama 10 tahun sejak 1990 dan hingga kini masih dihormati oleh sebagian orang Peru karena memerangi kelompok pemberontak Maois, The Shining Path, dan karena telah membawa pertumbuhan ekonomi.
Pada 2007, dia dijatuhi hukuman penjara enam tahun dengan tuduhan melakukan penyogokan dan penyalahgunaan kekuasaan.
Pada 2009, dia kembali dijatuhi hukuman penjara 25 tahun dengan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia selama dia menjabat presiden, termasuk memerintahkan pembunuhan yang dilakukan oleh pasukan pembunuh.
Fujimori, yang akan berusia 78 Kamis besok, telah keluar masuk rumah sakit akibat berbagai masalah kesehatan.
Sementara itu, Kuczynski mengatakan bahwa dirinya akan mempertimbangkan untuk memberikan status tahanan rumah kepada Alberto Fujimori untuk sisa masa tahanannya “sebagaimana yang diberikan kepada orang berusia sama yang memiliki masalah kesehatan”.
Kuczynski, yang berasal dari partai kanan-tengah Peru untuk Perubahan, menang tipis dalam pemilihan presiden pada 5 Juni lalu, dengan mengalahkan anak perempuan Fujimori, Keiko, yang menduduki urutan kedua.
Kampanye pemilihan presiden membuka kembali perpecahan di antara rakyat Peru antara mereka yang masih menghormatinya dengan mereka yang muak kepadanya.
Ribuan orang turun ke jalanan untuk mengekspresikan penentangan mereka terhadap Fujimorismo, gerakan politik yang dia bentuk dan diikuti oleh Keiko, putrinya.
Namun, ada pula demonstrasi tandingan dari mereka yang menuntut agar mantan presiden itu dibebaskan. (arhab)