INIPASTI.COM – VAKSIN kanker pertama di dunia diberikan di Australia tepat 10 tahun lalu.
Sejak saat itu, baksin human papilloma virus (HPV) telah digulirkan ke 130 negara dan berhasil menurunkan setengan dari jumlah infeksi kanker serviks baru.
Vaksin HPV juga melindungi dari kanker tenggorokan dan mulut, baik pada laki-laki maupun perempuan.
Prof Ian Frazer mengatakan vaksin tersebut dapat membasmi kanker yang diakibatkan oleh HPV dalam jangka waktu 40 tahun.
“Vaksin itu bukan hanya mampu mengontrol kanker serviks tetapi juga kanker oropharyngeal-kanker dalam rongga mulut yang diakibatkan oleh virus tersebut,” kata Prof Frazer, pimpinan eksekutif Translational Research Institute, sebagaimana dilansir BBC.
“Jika kita memberi vaksin kepada jumlah orang yang cukup kita dapat mengeliminasi virus ini karena mereka hanya menginfeksi manusia. Di Australia, sudah terjadi pengurangan sebesar 90% terhadap infeksi dalam 10 tahun pelaksanaan program vaksinasi ini.”
Kanker serviks merupakan satu dari segelintir kanker yang secara langsung diakibatkan oleh inveksi virus.
‘Virus Biasa’
HVP adalah virus yang sangat biasa yang hidup di kulit dan bagan tubuh lain, termasuk di dalam mulut, bagian genital dan anus. Virus itu dapat menyebar melalui kontak antarkulit dan lewat hubungan kelamin.
Virus tersebut paling sering ditularkan lewat seks vaginal dan anal, dan dapat pula ditularkan melalui seks oral.
“Virus papilloma yang mengakibatkan kanker itu merupakan virus biasa,” kata Prof Frazer.
“Kebanyakan orang membebaskan diri mereka dari virus itu tanpa mereka sadari bahwa mereka pernah terpapar virus tersebut, namun satu persen dari populasi yang terpapar mengalami infeksi terus menerus yang berlangsung selama lima tahun. Jika itu yang terjadi, mereka sangat mungkin akan menderita kanker.”
Prof Frazer, mendiang ahli virologi molekuler Dr Jian Zhou, dan sebuah tim peneliti menggunakan rekayasa genetik untuk membangun replika virus guna menciptakan vaksin. Melalui pemberian jutaan dosis vaksin di seluruh dunia, jumlah kasus baru kanker serviks dilaporkan mengalami penurunan setengah dari jumlah sebelumnya.
“Setahu kami, 170 juta dosis vaksin telah diberikan,” kata Prof Frazer.
“Jika Anda membuat hitung-hitungan dari angka tersebut, itu berarti satu dari 100 orang akan menderita kanker yang dapat membunuh mereka.”
Masih Terus Mengembangkan
Sejumlah orang tua mengajukan keberatan terhadap vaksinasi yang diberikan kepada anakn-anak mereka dengan alasan hal itu mungkin akan mendorong terjadinya aktivitas seks bebas. Orang tua lainnya menolak vaksinasi dengan alasan keamanan vaksin yang tidak terjamin.
“Di negara-negara seperti Amerika Serikat di mana vaksinasi tidak dilakukan secara luas, hal itu agak mengecewakan karena kanker serviks masih membunuh beribu-ribu perempuan di AS,” katanya.
“Tentu saja kami masih harus menghadapi masalah adanya 250.000 orang yang meninggal akibat kanker serviks di negara-negara berkembang.”
Para peneliti masih terus berupaya menyempurnakan efektivitas vaksin tersebut dan memastikan penyebaran lebih luas inokulasi.
“Kami tengah mengembangkan vaksin yang melindungi dari dua strain virus biasa yang mengakibatkan kanker menjadi vaksin yang dapat melindungi dari sembilan jenis virus biasa,” kata Prof Frazer.
“Jika kami berhasil mengembangkan vaksin itu, maka kita akhirnya akan membebaskan diri dari semua kanker yang diakibatkan oleh virus ini.”