INIPASTI.COM – Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY menyindir pernyataan Kepala Staf Presiden Moeldoko dan kelompok Kongres Luar Biasa Partai Demokrat Deli Serdang.
AHY menganggap Moeldoko dan kubunya bukannya mengeluarkan pernyataan yang bernas, melainkan kebohongan.
Dilansir dilaman Tempo “Kita pikir setelah tiga minggu tidak bersuara, KSP Moeldoko akan mengeluarkan argumen yang bernas, ternyata cuma pernyataan bohong lagi dan bohong lagi,” kata AHY dalam konferensi pers, Senin, 29 Maret 2021.
Bahkan menurut AHY, Moeldoko seolah menghasut dengan pernyataan bahwa di Demokrat ada pertentangan ideologi. Hal itu sebelumnya dilontarkan Moeldoko lewat video di akun Instagram pribadinya.
Meski begitu, AHY menganggap kebohongan oleh kubu KSP Moeldoko bukanlah sesuatu yang baru. AHY mengatakan sejak awal seluruh kader Demokrat yakin Moeldoko tak mempedulikan etika dan nilai-nilai moral sebagai bangsa yang beradab, apalagi nilai-nilai etika keperwiraan dan keprajuritan.
Namun kini, lanjut dia, para kader Demokrat dan masyarakat luas bahkan mempertanyakan kapasitas Moeldoko. “Bagaimana mungkin pejabat tinggi negara mengambil keputusan secara serampangan, gegabah, emosional, dan jauh dari akal sehat,” kata AHY.
Politikus 41 tahun ini menyinggung sikap Moeldoko yang menganggap KLB Deli Serdang memiliki legitimasi, sehingga menerima penobatan menjadi ketua umum. AHY mengatakan penyelenggaraan KLB itu jelas bertentangan dengan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Demokrat tahun 2020.
Dia juga menyebut orang-orang yang hadir di Deli Serdang tak lebih dari gerombolan yang sedang melakukan perbuatan hukum. “Ini artinya KSP Moeldoko bohong lagi,” ujarnya.
AHY pun mengungkit klaim awal Moeldoko bahwa dirinya tak terlibat dalam gerakan pendongkelan Demokrat. Menurut AHY, jangan sampai Moeldoko dan pengikutnya terus memproduksi kebohongan baru lantaran sudah kadung terpojok dan terperangkap dalam kebohongan itu.
Namun jika menyangkal kebohongan-kebohongan itu, lanjut AHY, Moeldoko harus mengakui dirinya telah tertipu oleh para makelar politik.
“Pertanyaannya beranikah KSP Moeldoko mengakui hal ini? Mengakui pernah atau tertipu dengan makelar politik ini,” kata AHY.
Moeldoko sebelumnya menuding bahwa ada tarikan ideologis di Partai Demokrat. Moeldoko berdalih hal tersebutlah yang menjadi pertimbangan dirinya menerima pinangan menjadi ketua umum Demokrat, setelah memastikan tiga hal kepada para peserta KLB.
Pertanyaan pertama, kata Moeldoko, yakni apakah gelaran KLB Demokrat itu sesuai AD/ART. Kedua, seberapa serius para kader memintanya memimpin Demokrat.
“Ketiga, bersediakah kader Demokrat bekerja keras dengan integritas demi Merah Putih di atas kepentingan pribadi dan golongan. Semua pertanyaan itu dijawab oleh peserta KLB dengan gemuruh, maka saya baru membuat keputusan,” kata Moeldoko pada Ahad, 28 Maret 2021 yang kemudian direspon AHY.
Sementara itu, Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Jakarta, Ujang Komarudin menilai Moeldoko sedang mencari pembenaran atas langkahnya menjadi Ketua Umum Demokrat hasil KLB.
Dia menyebut Moeldoko tengah membangun argumen seolah-olah tindakannya benar. “Secara politik, bisa saja Moeldoko sedang melakukan politik pembenaran.
Membangun argumen seolah-olah benar dan seolah-olah ingin menyelamatkan negara,” kata Ujang kepada Tempo, Senin, 29 Maret 2021.
Ujang mengatakan apa yang dilakukan Moeldoko itu hal biasa dalam politik. Mantan Panglima TNI itu, kata dia, seperti tak ingin disalahkan atas tindakannya mengambil alih Partai Demokrat. Namun Ujang menilai argumen Moeldoko tersebut tak relevan.
“Mana ada kesatria yang menyelamatkan negara dengan cara mengkudeta partai milik orang lain,” kata dia.
Meski begitu, Ujang menganggap argumen Moeldoko itu tak akan dipercaya publik. Dia mengatakan masyarakat sudah cerdas menilai langkah Moeldoko di KLB Demokrat menabrak akal sehat dan mencederai demokrasi.
“Rakyat sudah cerdas, tahu mana yang salah dan mana yang benar, logika politik politisi kita saat ini nirmoralitas, terbiasa menjungkirbalikkan fakta dan kebenaran,” ucapnya.
Moeldoko sebelumnya menyebut adanya pergeseran ideologis di Partai Demokrat. Dia mengatakan arah demokrasi di tubuh Demokrat sudah bergeser.
Moeldoko juga menyebut ada sebuah situasi khusus dalam perpolitikan nasional, yakni pertarungan ideologis yang kuat menjelang 2024. Hal itu disebutnya menjadi ancaman bagi cita-cita menuju Indonesia Emas pada 2045.
“Jadi ini bukan sekadar menyelamatkan Demokrat, tetapi juga menyelamatkan bangsa dan negara. Untuk itu semua berujung pada keputusan saya menerima permintaan untuk memimpin Demokrat,” kata Moeldoko lewat Instagram TV, Ahad, 28 Maret 2021 (syakhruddin)