[TEPIAN HIKMAH] Di sudut Nusantara, di antara lanskap perbukitan dan pesisir yang indah, terletak Kabupaten Sinjai, daerah dengan akar budaya dan keislaman yang kuat. Dalam perhelatan demokrasi kali ini, masyarakatnya tengah dihadapkan pada pilihan besar. Di antara para calon, sosok Muzayyin Arif berdiri teguh, seorang laki-laki yang merepresentasikan ketenangan, religiusitas, dan visi kesejahteraan.
Muzayyin Arif bukan hanya satu-satunya calon bupati laki-laki, tetapi juga tokoh yang membawa nilai-nilai Islam sebagai landasan kepemimpinannya. Data menunjukkan elektabilitasnya unggul di beberapa wilayah strategis seperti Tellu Limpoe, Sinjai Utara dan Bulupoddo. Dengan program-program yang relevan dengan kebutuhan masyarakat—mulai dari pemberdayaan ekonomi hingga pendidikan—ia menjadi harapan baru untuk menuntaskan kemiskinan dan ketimpangan di daerah ini.
Namun, pemilu tidak hanya tentang angka-angka. Ada narasi lebih besar tentang bagaimana masyarakat Sinjai menafsirkan nilai kepemimpinan dalam Islam. Dalam survei, mayoritas masyarakat tidak mempermasalahkan pemimpin perempuan, tetapi dalam konteks ini, Muzayyin hadir membawa pesan bahwa pemimpin laki-laki yang religius dan kalem dapat memberikan keunggulan emosional dan spiritual dalam menghadapi kompleksitas persoalan daerah.
Sebagai masyarakat yang mayoritas Muslim, pilihan terhadap calon pemimpin seringkali berlandaskan pada nilai-nilai agama. Islam mengajarkan pentingnya adil dan amanah dalam memimpin. Dalam hal ini, karakter Muzayyin mencerminkan sifat yang dibutuhkan untuk memimpin dengan hati nurani. Dengan tingkat popularitas yang tinggi (90-an%) dan program yang menarik perhatian masyarakat (50.87%), ia tidak hanya dikenal tetapi juga dipercaya oleh banyak pihak.
Namun, politik adalah arena yang dinamis. Tantangan terbesar adalah bagaimana Muzayyin dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, termasuk mereka yang masih ragu atau menunggu sentuhan personal. Di sinilah pentingnya membangun dialog yang hangat, menyentuh hati, dan menawarkan solusi konkret. Sinjai butuh lebih dari sekadar janji; ia butuh pemimpin yang bisa mendengarkan dan bertindak.
Seperti langit senja di atas Sinjai yang selalu menawarkan harapan, begitulah Muzayyin membawa pesan optimisme. Pilihan ini bukan hanya tentang siapa yang memimpin, tetapi bagaimana kita bersama memaknai kepemimpinan. Bahwa menjadi pemimpin bukan sekadar soal visi, tetapi kemampuan untuk mewujudkan kesejahteraan dengan penuh cinta dan keadilan.
Pada akhirnya, siapa pun yang terpilih, harapannya tetap satu: tidak ada lagi kemiskinan, tidak ada lagi kesenjangan. Semua lapisan masyarakat Sinjai, dari petani di pelosok hingga pengusaha di pusat kota, layak hidup sejahtera. Dan dalam keheningan doa, kita berharap bahwa pemimpin yang terpilih benar-benar menjadi rahmat bagi seluruh masyarakat Sinjai. Harapan ini memang terlihat di pundak Muzayyin. Tapi yang menentukan adalah masyarakat Sinjai. Kita hanya berharap, jangan sampai kelahiran pemimpin di Sinjai melalui proses transaksional, jangan sampai dengan bayar membayar – jangan sampai dengan money politics. Masa depan Sinjai akan ditentukan oleh karakter pemimpin; religus, tangguh, berpengalaman dalam politics, jujur, pekerja keras, dan memiliki trade record yang benar.
(Mammu Syah)