INIPASTI.COM, GOWA – Kearifan lokal Kabupaten Gowa berupa Musyawarah Appalilli dinilai berefek positif terhadap pencapaian pertanian di Sulsel. Salah satunya dengan keberhasilan surplus 2,5 juta ton padi. Sekitar 8.000 ton padi menjadi sumbangan Gowa untuk pertanian Sulsel.
Kabid Sarana dan prasarana Dinas Pertanian Provinsi Sulsel, Andi Arfian menjelaskan surplus tersebut menyumbangkan 20% skala nasional. Salah satunya merupakan hasil dari dukungan musyawarah Appalilli tersebut. Pencapaian itu disampaikan Andi Alifian saat pembukaan Musyawarah Appalilli di Desa Gantungang Kec Bajeng Barat, Kamis (27/10).
“Lahan pertanian yang dimiliki Gowa sebanyak 34 ribu hektar terdiri dari sawah tadah hujan dan irigasi. Namun mampu berproduksi seperti 64 ribu hektar lahan sawah. Atau pencapaiannya dua kali dari lahan yang tersedia,” jelasnya mewakili Kadis Pertanian Sulsel.
Namun, Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan yang membuka secara langsung kegiatan tersebut ternyata belum puas. Ia ingin meningkatkan capaian tersebut. Pihaknya menargetkan untuk meningkatkan hasil pertanian tiga kali lipat lagi. Dalam kesempatan ini pula, Adnan menguraikan paradigma pembangunan pertanian di Gowa yang secara komprehensif menerapkan sistem budidaya berbasis organik.
“Memanfaatkan bahan-bahan alami yang melimpah di sekitar rumah seperti jerami, sampah rumah tangga, kotoran hewan, untuk mengembangkan pemanfaatan pupuk organik. Sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan pestisida kimia. Ini dimaksudkan untuk memicu dan memacu peningkatan kualitas dan produktivitas pertanian yang berbasis organik,” ungkap orang nomor satu di Gowa ini.
Musyawarah Appalilli sendiri merupakan tradisi yang telah dilakukan secara turun temurun. Yang memadukan kebudayaan dan agama sebagai tanda masuknya musim tanam. Kegiatan seperti ini tidak hanya berlangsung di Gowa, namun di beberapa daerah dengan nama-nama yang berbeda seperti Tudang Sipulung.
Dulunya petani tidak akan turun ke sawah sebelum dilakukan Appalilli yang ditandai dengan bunyi-bunyian pagandrang yang diarak dari Balla Lompoa menuju lahan kerajaan (lonjoboko). Seiring dengan perkembangan zaman, maka Appalilli kemudian menjadi ajang musyawarah petani untuk menentukan waktu yang tepat turun ke sawah, metode serta jenis varietas apa yang cocok digunakan. Kegiatan ini sekaligus kesempatan bagi mereka mengakses informasi teknologi, pasar, dan menjalin kemitraan untuk pengembangan usaha.
Keberhasilan dari tahun ke tahun hingga saat ini merupakan wujud dari hasil kerja keras yang dilakukan jajaran Dinas Pertanian Gowa dengan dukungan dari jajaran TNI tidak terkecuali petani sebagai pelaku utama penyelenggara pembangunan pertanian. Kegiatan ini didukung penuh oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan dan Kementerian Pertanian RI.(*)
Baca juga :Pemkab Gowa Percepat Pembangunan Sejumlah Infrastruktur
//