INIPASTI.COM, JAKARTA – Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo mengusulkan agar istilah ‘Radikalisme’ diubah menjadi ‘Manipulator Agama’. Istilah itu pun mendapat tanggapan dari Budayawan, Sujiwo Tejo.
Menurutnya, istilah tersebut tidaklah cocok digunakan untuk radikalisme. Justru ia menilai bahwa istilah ‘Manipulator Agama’ itu lebih cocok dialamatkan kepada politisi.
“Sekarang Manipulator Agama, ini yang pasti tidak tepat. Manipulator agama itu politisi. Yang setiap kali kampanye itu pakai haji, pakai songkok, pakai kopia, itu kan manipulasi agama,” jelas Sujiwo Tejo pada ILC ‘Apa dan Siapa yang Radikal’ yang tayang di tvOne, Selasa, 5 November 2019 kemarin.
Sebelumnya, dia juga tidak setuju dengan dua istilah lainnya yang diusulkan di forum tersebut. Selain Radikal, istilah Ekstremis juga diusulkan. Usul itu lahir dari Direktur NU Online Savic Ali.
“Saya tidak begitu suka menggunakan istilah radikalisme, saya lebih suka dengan menggunakan ekstremisme. Saya kira secara internasional juga orang banyak menggunakan istilah ekstremisme, ekstremisme kekerasan,” ujar Savic Ali.
Namun, Sujiwo Tejo memandang bahwa setiap orang justru harus memiliki sifat ekstrem. Karena menurutnya hal itu akan lebih membuka peluang bagi seseorang untuk mencapai tujuannya.
“Savic tadi bilang ekstremis, semua orang harus ekstrem,” bantahnya disertai beberapa contoh orang-orang ektremis yang akhirnya sukses dengan keekstremannya.
(Sule)