INIPASTI.COM – Minum air dingin seringkali dianggap membahayakan kesehatan tubuh. Namun, apakah rumor tentang potensi kerusakan ginjal akibat minum air dingin itu benar?
Dr. Dion Haryadi, seorang certified health coach, menjelaskan bahwa suhu air putih yang diminum, baik dingin maupun hangat, akan menyesuaikan dirinya ketika mencapai lambung.
Menurutnya, air yang masuk ke lambung akan menyesuaikan suhunya dengan keadaan lambung kita.
“Jadi sebenarnya air yang diminum berapa pun suhunya itu ketika mencapai lambung, maka akan menyesuaikan dengan keadaan lambung kita,” kata Dr. Dion, seperti yang dikutip dari akun Instagram @dionharyadi, Kamis 18 April 2024.
Dilansir dilaman Sindo, Dr. Dion juga menegaskan bahwa air dengan suhu dingin maupun hangat yang masih dalam batas wajar aman untuk dikonsumsi setiap hari.
Namun, ia memperingatkan bahwa suhu air yang ekstrim, baik panas maupun dingin, dapat melukai tenggorokan.
“Kecuali Anda meminum air dengan suhu 100 derajat Celsius, itu berpotensi melukai tenggorokan. Tapi jika suhunya masih dalam tahap wajar, baik hangat maupun dingin, maka suhunya akan disesuaikan di dalam tubuh,” jelasnya.
Oleh karena itu, rumor yang menyatakan bahwa minum air dingin dapat memperberat kinerja ginjal dan berdampak buruk pada kesehatan tubuh adalah salah satu mitos kesehatan yang perlu diluruskan.
“Ini juga tidak memperberat kerja ginjal atau merusak tubuh manusia. Makanya konten-konten yang menyatakan bahwa minum air es itu berbahaya tidak benar,” tambah Dr. Dion.
Menurutnya, air putih dingin sebenarnya dapat menjadi alternatif bagi mereka yang ingin mengurangi konsumsi minuman manis.
Sebagian orang mungkin lebih memilih minum air dingin daripada air dalam suhu ruangan, sehingga dengan minum air dingin, mereka dapat mengurangi konsumsi minuman manis yang berpotensi meningkatkan berat badan.
“Padahal, air es bisa menjadi solusi bagi orang yang ingin mengurangi konsumsi minuman manis.
Dengan minum air dingin, konsumsi air putih bisa lebih banyak, sehingga mengurangi konsumsi minuman manis berkalori yang berdampak pada peningkatan berat badan,” ucap Dr. Dion (sdn)