INIPASTI.COM, JAKARTA – Putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka disebut akan maju pada Pilkada Solo. Kabar itu pun ditanggapi oleh mantan Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah. Dia memberi saran kepada bos Markobar itu agar tidak mengambil bagian dalam kekuasaan.
“Kalau saya boleh kasi masukan ke Gibran, jangan ambil bagian dalam kekuasaan meskipun itu pilihan rakyat. Itu membebani reputasi babenya. Jangan mau diolok-olok oleh penjilat yang akhirnya merusak susu sebelanga. Mendingan susu dibikin martabak saja. (T)eman2,” tulis Fahri Hamzah dalam akun Twitternya, Selasa, (8/10/2019) kemarin.
Menurutnya, belum saatnya Gibran untuk masuk ke dunia politik. Karena hal itu dinilai akan menimbulkan opini publik bahwa Presiden Jokowi akan membangun dinasti kekuasaan. Baginya, saat ini yang terpenting adalah reputasi Jokowi selalu orang nomor satu di Indonesia.
“Anak dan keluarga Presiden Jokowi masih muda, sebaiknya jangan masuk politik ketika belum matang dan ketika situasi bisa menyeret publik menilai bahwa presiden ingin membangun dinasti kekuasaan. Santai sajalah, berilah tenaga pada reputasi presiden, itu lebih penting sekarang,” nilainya.
“Di seputar kekuasaan manapun, feodalisme menjalar seperti bara api, membakar kredibilitas dan reputasi. Tetapi para penjilat, sering membuatnya terasa seperti sebuah pelayanan dan pengabdian, seolah ini semua seperti suatu yang benar dilakukan, ini salah, ini bahaya,” sambungnya.
Fahri Hamzah pun membandingkan Jokowi dengan 3 mantan Presiden RI. Meskipun dia menyebutkan bahwa tweet-nya tersebut tidak bersifat personal, namun seakan dia mengisyaratkan agar Presiden Jokowi mengambil pelajaran dari ketiga Presiden RI terdahulu.
“Ada waktu bagi keluarga untuk mulai terjun dalam politik. Bung Karno tidak mempromosikan anaknya ke dalam kekuasaan. Bahkan mereka tumbuh sendiri. Ibu Mega jadi presiden setelah perjuangan panjang. Pak Harto juga demikian, anaknya kebanyakan jadi pengusaha tapi di ujung ada persoalan,” ungkapnya.
“Pak Habibie bahkan saya dengar melarang anaknya masuk pemerintahan. Akhirnya mereka jadi pengusaha. Jadi, ada waktu bagi keluarga untuk memulai masuk dalam politik kekuasaan sehingga tidak tampak sebagai dinasti yang ingin terus mengincar kekuasaan. Momentum itu penting,” tutupnya.
(Sule)