Oleh: Imam Bajuri, MA
(Ketua IKADI Kota Tangerang Selatan)
INIPASTI.COM, Menjelang hari Arafah, rindu Makkah makin membuncah. Tapi mau daftar haji belum boleh pemerintah. Akhirnya mengingat dan mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan. Seorang kenek bangunan yang tak menyangka bisa haji dua kali. Tapi yang paling berkesan dan penuh kejutan adalah haji pertama.
Kejutan kesatu, umur 39 tahun bakda jadi khatib dan imam shalat jumat, sambil bersalaman ada yg mau memberangkatkan haji. Saya kira gak serius ternyata beneran.
Kejutan kedua, Masuk sepuluh akhir Ramadhan harus melunasi biaya KBIH. Tapi tidak punya uang. Karena mengira dibiayai semua oleh sang Dermawan. Maka tiga bulan sebelumnya tabungan yang ada dipakai buat bayar tanah belakang rumah. Malam itu malam ganjil. Saya i’tikaf dan merasakan nikmat ibadah. Bahkan ridak bisa tidur karena nikmatnya. Sambil minta kepada Allah supaya dikasih solusi. Karena besok harus lunas. Alhamdulillah siang harinya, tanpa meminta ada yang ngasih empat juta dari empat orang. Maka lunaslah. Empat juta adalah pendapatanku sebulan waktu itu.
Kejutan jetiga, ketika mau naik pesawat disuruh masuk tempat khusus. Dag dig dug khawatir ada masalah apa ini? Ternyata dapat tempat VIP. Yang pernah saya lihat di TV Presiden SBY di tempat tersebut.
Kejutan keempat, Ketika shalat jamaah ke Masjid Nabawi pertama kali diminta menemani ibu-ibu naik angkot. Selesai shalat isya baru sadar terpisah dengan teman. Sementara Nomor handphone baru beli. Belum ada nomor handphon siapapun.
Dalam keadaan sedikit panik mencari teman, gak sengaja masuk di Raudhah. Ketika mau kembali ke hotel tidak tahu alamatnya dan tidak tahu nomor handphone siapapun. Akhirnya berjalan tanpa arah sambil dzikir. Allah berikan inspirasi menelpon istri di rumah untuk melihat nomor hanfphone pembimbing. Setelah dapat nomor handphone pembimbing, tanya alamat hotel. Akhirnya berjalan sambil tanya alamat. Tiba-tiba ada taksi berhenti dan mengantar sampai alamat gratis.
Kejutan kelima, Saya selalu bisa ibadah di Raudhah sesukaku. Pernah dari jam 10 pagi sampai menjelang maghrib. Karena saya tidak enak kepada Allah dan Rasulullah SAW, takut egois dan tidak memberi kesempatan kapada yang lain, maka saya keluar dari Raudhah.
Kejutan keenam, Biasanya sering masuk angin berat, sehingga saya bawa tolak angin banyak. Tapi alhamdulillah, baik di Madinah maupun di Makkah saya tidak masuk angin. Bahkan sampai sekarang jarang masuk angin. Waktu di sana malah banyak ngobati teman yang sakit. Tapi di sini pengobatannya tidak manjur lagi.
Kejutan ketujuh, Ketika bakda shalat ashar teman-teman sudah jalan menuju suatu tempat. Karena saya tidak tahan, maka saya pamit ke toilet dan ngantri lama. Setelah selesai, karena mengira sudah ditinggal teman-teman, maka saya minta kepada Allah agar cepat sampai tujuan. Saya berjalan menunduk berdzikir khusyu’, tanpa mempedulikan kanan kiri. Setelah tiba-tiba saya sampai di tempat janjian dengan cepat, kurang dari lima menit dan teman-temanku tidak ada, saya pikir sudah ditinggal. Namun ternyata mereka baru sampe lima menit kemudian.
Kejutan kedelapan, ketika ke air port Jeddah saya bawa air zam zam tujuh liter. Pas lagi duduk nunggu, ada banyak air Zam zam yang ditumpuk. Maka says tanya petugas, “air apa ini pak?” Petugas menjawab, “air zam zam hasil sitaan.” Saya pun bertanya kembali, “boleh saya minta pak?” Petugas menjawab, “boleh…” Akhirnya saya ambil dirigen sepuluh liter bertuliskan “DAWAM ABADI, Cukir Jombang Jawa Timur Indonesia.” Saya bungkus plastik pas mau masuk penimbangan barang.
Air zam zam punya teman-temanku dirazia. Ada ibu-ibu yang menangis ketika dirazia. Saya kembali berjalan menunduk dzikir khusyu’ minta kapada Allah supaya selamat dari razia. Alhamdulillah akhirnya selamat sampai rumah dengan dan air zam zam yang saya bawa.
Kejutan kesembilan, Selama di Makkah, saya tidak pernah mendekati Hajar Aswad, Maqom Ibrahim dan Hijir Ismail. Karena ingat ajaran tasawuf guruku Habib Sagaf Bin Mahdi BSA: “ketika berdesak-desakkan di tempat mulia, ada ulama sufi yang tidak ikut berdesakan, karena takut menyakiti yang lain.”
Ketika besoknya jadwal pulang ke tanah air, saya sengaja thowaf sendiri tdk bersama teman-teman. Sambil berdoa dan dzikir menunduk saya minta kepada Allah sambil menangis sedih, “ya Allah besok saya sudah pulang ke tanah air, saya minta dalam thowaf ini agar saya bisa mencium Hajar Aswaf, sholat di Maqom Ibrahim, sholat dan doa di Hijir Ismail dan jangan jadikan ini hari terakhir di Ka’bah. Saya ingin kembali ya Allah…”
Alhamdulillah semua doa ini diijabah Allah dengan mudah. Tanpa saya sangka-sangka.
Saya menulis ini pun berkaca-kaca. Mata saya berlinang terbawa suasana waktu itu. Kejutan-kejutan tersebut tidak saya dapatkan pada Haji yang kedua.
Semoga kisah nyata ini menjadi inspirasi dan bermanfaat bagi pembaca. Wallahu a’lam bish showab