INIPASTI.COM – TADINYA ia mengira bahwa kakek itu menolong Yu Lee karena kasihan, bukan bermaksud memusuhinya. Akan tetapi setelah jarum-jarumnya dipunahkan, baru ia maklum bahwa kembali ada orang berani berlancang tangan dan mencari mampus!
“’Hemmm jembel tua bangka yang busuk! Untuk menyambung hidupmu, engkau rela mengemis ke mana mana. Setelah hidupmu tersambung mengapa sekarang menjadi bosan hidup dan mencari mampus ? Tidak tahukah, engkau dengan siapa engkau berhadapan ?”
Sikap wanita berwatak iblis ini angkuh sekali dan ia tidak segera turun tangan memhunuh karena ia merasa terlalu rendah dan memalukan kalau harus membunuh seorang kakek yang saking tuanya sudah mau mati ini.
Baca juga: Pendekar Cengeng I(22)
Kakek pengemis itu memandang dari bawah topinya yang tebar dan Hek-siauw Kui-bo bergidik menyaksikan sinar mata yang begitu tajam dan yang seakan-akan dapat menembusi mataya dan menjenguk isi hatinya. Untuk mengusir rasa seram ini ia segera menghardik.
“Tua bangka! Lekas mengaku siapa engkau dan apa hubunganmu sama tua bangka she Yu, agar aku dapat mengambil keputusan dahulu, setelah mempertimbangkan apakah engkau layak dibunuh atau tidak !” Benar-henar sombong kata-kata ini.
Akan tetapi kakek itu sama sekali tidak menjawab, bahkan segera mendekat dan menoleh kepada Yu Lee sambil berkata.
“Bocah tahukah kau siapa dia yang membasmi semua keluargamu ini?’
Yu Lee mengangkat muka memandang kepada si iblis betina dengan sinar mata menyala-nyala penuh kebencian, “Siapa lagi kalau bukan iblis betina yang tadi namanya disebut Hek-siauw Kui-bo ini, locianpwe (orang tua gagah)?”
‘Engkau betul. Dia ini si iblis betina yang ganas dan keji lagi pula pengecut dan hanya berani membunuh orang-orang yang bukan lawannya. Kebetulan sekali aku si tua bangka paling benci segala macam iblis, maka telah menciptakan ilmu tongkat Ta-kui-tung-hwat (Ilmu Tongkat Pamukul Iblis)”
Sejak tadi, dada Hak-siauw Kuibo serasa dibakar saking panas dan marah. Ia tidak mamandang sabelah mata kepada kakek jembel itu, sekarang siapa kira, mendengar namanya kakek ini bukannya takut, bahkan lebih-lebih tidak memandang mata kepadanya, malah berani menghina dan mencaci makinya iblis cilik segala! Ia seorang yang sombong dan angkuh, siapa kira di tempat ini bertemu batunya. Kakek pengemis itu agaknya lebih angkuh dan lebih sombong darinya!
“Jembel tua bangka buruk! Engkau membuka mulut lebar-Ieba? Engkau tidak melihat Siauw-bin-mo Hap Tojin dan Tho-tee-kong Liong Locu itu. Mereka adalah tokoh besar, akan tetapi karena berani menentang kau lihat buktinya. Engkau ini tua bangka jembel lekas sebutkan nama agar aku tahu siapa yang kubunuh kali ini !”
Namun si kakek ini sama sekali tidak meladeninya melainkan terus berkata pula kepada Yu Lee dengan sikap sama sekali tak menghiraukan si iblis yang kini sudah makin dekat. “Eh, bocah baik, siapakah namamu ?”
“Locianpwe, boanpwe (saya yang rendah) bernama Yu Lee.”
“Engkau masih kecil sudah tahu aturan, itu bagus. Tidak seperti iblis cilik ini yang kurang ajar, terhadap seorang kakek seperti aku Han It Kong masih banyak lagak!” Kakek Itu lalu membuang ludah ke bawah, akan tetapi menuju ke arah Hek-siauw Kui-bo dan tepat jatuh ke atas lantai di depan kakinya.
Hampir meledak rasa dada iblis betina itu saking marahnya. Baru kali ini selamanya ia merasa dihina dan tidak dipandang sebelah mata secara keterlaluan sekali. Ia mengingat-ingat namun tidak merasa kenal dengan nama Han It Kong.
Bersambung…