INIPASTI.COM, Korea Selatan menghadapi masalah serius dalam hal populasi. Tingkat kesuburan negara tersebut mencapai rekor terendah, yaitu 0,72 anak per perempuan pada tahun lalu. Padahal, untuk mempertahankan jumlah penduduk, dibutuhkan angka 2,1 anak per perempuan. Jika tren ini berlanjut, diperkirakan populasi Korea Selatan pada tahun 2100 hanya akan tersisa setengah dari jumlah saat ini.
Apa yang menyebabkan banyak perempuan Korea Selatan enggan untuk memiliki anak? Menurut beberapa penelitian dan kesaksian, ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan mereka, antara lain:
- Karier. Banyak perempuan yang memilih untuk fokus pada karier mereka di masyarakat yang didominasi oleh laki-laki. Mereka khawatir bahwa memiliki dan membesarkan anak akan mengganggu kemajuan karier mereka dan mengurangi kemandirian mereka. Selain itu, mereka juga merasa tidak mendapatkan dukungan yang cukup dari pemerintah dan perusahaan untuk mengimbangi peran mereka sebagai ibu dan pekerja.
- Ekonomi. Biaya hidup dan pendidikan di Korea Selatan sangat tinggi, sehingga banyak perempuan yang merasa tidak mampu untuk menanggung beban finansial jika memiliki anak. Meskipun ada beberapa kebijakan yang ditujukan untuk memberikan insentif dan bantuan bagi keluarga beranak, namun banyak yang merasa bahwa langkah-langkah tersebut tidak efektif dan tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.
- Budaya. Di Korea Selatan, masih ada pandangan tradisional yang menganggap bahwa melahirkan dan mengasuh anak adalah tanggung jawab utama perempuan. Hal ini menimbulkan tekanan dan beban psikologis bagi perempuan yang harus mengurus rumah tangga, anak, dan pekerjaan secara bersamaan. Selain itu, banyak perempuan yang merasa tidak dihargai dan tidak dihormati oleh masyarakat dan keluarga mereka karena tidak memiliki anak.
- Pernikahan. Banyak perempuan yang enggan untuk menikah atau menunda pernikahan karena alasan yang berkaitan dengan faktor-faktor di atas. Mereka merasa tidak menemukan pasangan yang cocok, yang dapat memberikan dukungan, penghargaan, dan keseimbangan dalam hubungan. Mereka juga merasa tidak perlu menikah untuk mengekspresikan diri mereka atau menikmati hidup mereka.
Dengan demikian, perempuan Korea Selatan menghadapi berbagai tantangan dan dilema dalam hal memiliki anak. Mereka membutuhkan perubahan yang lebih besar dan lebih mendalam dari pemerintah, masyarakat, dan diri mereka sendiri untuk dapat mengatasi masalah populasi yang mengancam masa depan negara mereka.