INIPASTI.COM – Komando Pasukan Khusus (Kopassus), sebagai pasukan elit TNI AD, telah melahirkan prajurit-prajurit yang tidak hanya pemberani tetapi juga patriotik di berbagai medan operasi.
Ciri khas Baret Merah mereka membuat mereka menjadi pilihan utama untuk tugas operasi, baik di dalam maupun di luar negeri.
Dalam perjalanan mereka, banyak cerita menarik dan unik yang mencerminkan keberanian dan keunikan para prajurit Kopassus.
Salah satu sosok yang mencuri perhatian adalah Pelda Sumardi, yang bertugas di Bosnia, salah satu negara pecahan Yugoslavia. Dikenal dengan julukan Mardi “Rambo,”
Sumardi telah menorehkan rekor luar biasa dengan 14 kali penugasan di medan operasi. Ini merupakan pencapaian yang jarang terjadi, mengingat prajurit Kopassus biasanya hanya bertugas hingga empat kali di daerah operasi.
Kepiawaiannya dalam zeni demolisi menambah kualitasnya sebagai prajurit yang andal.
Sebuah pengalaman unik juga dirasakan oleh Mardi Rambo selama tugasnya di Bosnia. Bagi banyak orang, bertugas di daerah konflik dianggap sebagai musibah karena nyawa menjadi taruhan. Namun, Mardi Rambo merasakan kebahagiaan yang luar biasa ketika pertama kali mengalami pesawat mendarat di Bosnia.
Pengalamannya ini terasa istimewa karena selama ini ia hanya mengalami lepas landas, biasanya dijatuhkan dari pesawat sebelum mendarat.
Bukan hanya Mardi Rambo, Mayor Umar juga memiliki cerita menakjubkan saat bertugas di medan operasi Darfur, Sudan. Terlibat dalam Kontingen Garuda United Nations African Mision in Darfur (UNAMID), Mayor Umar menghadapi tantangan besar dalam misi perdamaian dunia di tengah kekacauan di Darfur.
Daerah ini dikenal dengan kekerasan sistematis, terutama pemerkosaan dan pembunuhan yang dilakukan oleh kelompok milisi Janjaweed.
Penduduk setempat hidup dalam kondisi yang tragis, dan Mayor Umar menjadi saksi langsung atas penderitaan mereka. Meskipun berhadapan dengan kondisi sulit, prajurit Kopassus ini berhasil beradaptasi dengan baik dan menjalankan tugasnya sebagai Military Observer (Milobs).
Dalam menjalankan tugasnya, Umar tidak hanya berhasil berinteraksi dengan prajurit asing yang memiliki latar belakang budaya berbeda, tetapi juga mendapatkan dukungan dan penghormatan dari penduduk setempat, terutama karena ia seorang Muslim.
Keberanian Mayor Umar dalam menghadapi tantangan di Darfur tercermin dalam sikapnya yang tidak diskriminatif dan penuh penghargaan terhadap budaya setempat.
Pengalamannya ketika disuguhkan air minum dari penduduk setempat, meskipun diambil dari sumber yang mungkin tidak ideal, menjadi cermin keberanian dan keterbukaannya dalam menerima realitas di medan operasi.
Seluruh pengalaman ini mencerminkan semangat dan dedikasi prajurit Kopassus yang tidak hanya menjalankan tugasnya dengan baik tetapi juga mampu menjalin hubungan baik dengan masyarakat setempat.
Keberanian mereka dalam menghadapi tantangan di medan operasi memberikan penghargaan yang tinggi, tidak hanya dari segi kemampuan militer tetapi juga dalam membangun kedekatan dengan masyarakat yang mereka layani (sdn)