INIPASTI.COM, TAKALAR – Setiap yang bernyawa pasti akan mati. Ajal merupakan rahasia Allah SWT yang tidak seorang pun tahu kapan akan tiba. Namun, beberapa kasus -yang juga merupakan rahasia Allah- ada segelintir orang yang sebelum ajalnya tiba, seakan ia mendapat firasat atau pertanda bahwa malaikat pencabut nyawa akan menemuinya.
Seperti yang terjadi pada Alumnus Akper Anging Mammiri, Mutakabbir Zainuddin (25). Takbir -sapaan akrabnya- meninggal dunia pada Kamis, 15 Februari lalu. Ia menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit (RS) Wahidin Sudirohusodo akibat gagal ginjal. Pemuda kelahiran 2 Maret 1992 ini, kini telah dimakamkan di kampung halamannya, Kabupaten Takalar.
Namun, siapa sangka, ternyata Alumnus SMA Negeri 3 Takalar ini telah menulis surat -semacam surat wasiat- jauh sebelum maut menjemputnya. Hal itu terungkap saat Sang Adik, Tri Wahyu Zainuddin (18) menemukan surat yang diberikan oleh almarhum pada bulan Januari lalu. Tri mengatakan bahwa saat surat itu diberikan oleh kakaknya, ia berpesan agar surat tersebut tidak dibaca sebelum ia meninggal dunia.
“Sudah lama kakak saya berikan surat itu ke saya. Saking lamanya, saya lupa taruh di mana. Baru kemarin (Minggu, 18 Februari,red) baru saya temukan,” jelas Tri Wahyu kepada tim inipasti.com, Senin, (19/2/2018).
Tri Wahyu mengungkapkan bahwa ada 5 pucuk surat yang diberikan oleh kakak tercintanya. Masing-masing ditujukan untuk ibu angkatnya, Sohoda Daeng Layu, tantenya, Rukiah Daeng Karra, ibu tirinya, Daeng Ngintang, untuk Tri Wahyu sendiri, dan untuk masyarakat dan teman-temannya terutama yang hadir pada tausiyah kematiannya.
Dalam surat yang ditujukan kepada Sohoda Daeng Layu yang merupakan saudara dari almarhum ibu kandungnya, terungkap bahwa Takbir memang mengetahui bahwa ia akan meninggal dunia. Ia pamit kepada ibu keduanya itu sekaligus minta maaf karena belum bisa membalas jasa-jasanya.
“Kepada ibu keduaku, Sohoda Daeng Layu, melalui surat ini saya mau meminta maaf yang sebesar-besarnya karena saya harus pergi duluan sebelum membalas semua jasa baik ta (mu,red) selama ini. Terima kasih atas semua kebaikan ta selama ini. Banyak sekali hal yang ingin kulakukan supaya bisa ki bahagia, tapi minta maaf ka karena tidak ada kesempatanku untuk itu,” tulis Takbir dalam suratnya.
Pada kertas yang berbeda, Takbir juga secara khusus menulis khusus untuk masyarakat dan teman-temannya terutama yang hadir pada tausiyah kematiannya. Berikut isinya:
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu Alaikum wr WB
Kepada hadirin yang semoga dirahmati Allah SWT, melalui ini pertama-tama saya ingin meminta tolong agar mendoakan saya agar semoga dosa-dosa saya bisa diampuni dan diberi ketenangan di alam selanjutnya.
Saya ingin sampaikan bahwa tidak perlu ada yang sedih secara berlebihan maupun merasa senang, karena cepat atau lambat, siapa saja dan di mana saja dan kapan saja bisa mengikutiku.
Saya minta maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang mungkin saya pernah melakukan kesalahan. Sekali lagi saya minta maaf, saya juga mau bilang terima kasih banyak kepada siapa saja yang pernah menolong saya.
Jangan sedih tidak akan ada air mata jika isi hatimu penuh dengan rasa rindu kepada Allah SWT. Sungguh hari yang akan datang adalah hari yang sebenar-benarnya. Kepada seluruh keluarga dan teman-temanku, jaga diri kalian baik-baik.
Mutakabbir Zainuddin
![](https://i0.wp.com/inipasti.com/wp-content/uploads/2018/02/IMG_20180219_104432-300x225.jpg?resize=300%2C225&ssl=1)
Di balik kertas surat tersebut tertulis “Dibaca saat Taksiah” yang juga merupakan amanah dari almarhum. Selain surat di atas, ada 4 surat lainnya. Namun pihak keluarga tidak berkenan untuk mempublikasikannya. Akan tetapi, mereka mengatakan bahwa inti dari semua surat-suratnya adalah permintaan maaf dan menyuruh semua yang ia sayangi agar menjaga dirinya baik-baik.
Tidak ada yang tahu pasti kapan Takbir menulis surat tersebut. Namun, dari pengakuan adik kandungnya, Tri Wahyu, surat itu diberikan kepadanya pada bulan Januari, jauh sebelum ia mengalami koma selama 2-3 hari hingga akhirnya meninggal dunia. (Sule)