INIPASTI.COM, DANAU tempe dengan luas 3,67 persen dari total luas wilayah Kabupaten Wajo, menjadikan danau ini sebagai tempat yang sarat akan berbagai potensi. Seperti potensi sumberdaya air seperti perikanan darat atau biota-biota air tawar, potensi wisata air, dan potensi pertanian. Sehingga danau Tempe telah menjadi kebanggaan masyarakat Wajo yang harus tetap dipertahankan dari berbagai ancaman kerusakan lingkungan disekitar danau.
Keberadaan danau Tempe sebagai sumber daya perikanan laut, memiliki kekhasan tersendiri. Jenis ikan air tawar yang ada seperti ikan Mas, ikan Mujair , ikan Cambang, Ikan lele dan berbagai jenis ikan danau lainnya, memiliki cita rasa khas yang tidak dimiliki tempat lain. Kegurihan rasa ikan Danau Tempe telah terkenal diberbagai tempat. Ini disebabkan karena kandungan komunitas plankton-plankton di dasar danau sebagai sumber utama makanan ikan telah memberikan nilai rasa dan gizi yang tinggi. Plankton-planton ini merupakan adaptasi dari kehidupan biota air danau Tempe yang berada pada pertemuan lempengan benua Asia dan Australia, sehingga jenis plankton yang ada berbeda jenisnya dengan tempat lain.
Ikan air tawar danau Tempe telah memberi kontribusi ekonomi yang tinggi terhadap nelayan di sekitar danau khususnya dan masyarakat Wajo umumnya. Produksi ikan ini telah dipasarkan keberbagai tempat termasuk di luar Kabupaten Wajo. Meskipun masih terbatas pada pasar-pasar tradisional dan lambat laun telah mulai masuk ke berbagai supermarket di Makassar.
Bagi masyarakat Wajo, danau Tempe adalah sumber inspirasi yang merupakan warisan alam yang telah ada sejak saman leluhur. Berbagai lagu daerah Bugis telah ditulis dan dinyanyikan untuk menggambarkan keindahan pemandangan alam yang dimiliki danau Tempe. berbagai jenis burung yang terbang lambat dan hinggap pada tanaman Enceng Gondok menemani para nelayan menangkap ikan, dan menyambut kedatangan para wisatawan domestik atau mancanegara yang tak henti-hentinya berkunjung ke danau ini. Selain untuk menikmati pemandangan danau yang indah, juga para wisatawan sangat tertarik dengan kehidupan para nelayan yang bermukim nomaden di atas air dengan rumah terapung (floating house) dengan lokasi bermukim sesuai ketinggian air danau Tempe.
Keberadaan permukiman ini sangat unik karena memiliki nilai arsitektural yang terbentuk berdasarkan kebutuhan dan kondisi alam. Menurut peneliti dari mancanegara yang telah berkunjung ke danau Tempe, bahwa permukiman nomaden di atas air dengan floating house ini hanya satu-satunya yang ada di dunia. Sehingga menjadi menarik untuk dikunjungi. Tidak diketahui sejak kapan masyarakat nelayan ini mulai bermukim di atas danau. Namun keberadaan permukiman nelayan ini telah menjadi icon yang menyedot wisatawan mancanegara dalam memberikan kontribusi peningkatan PAD bagi Kabupaten Wajo yang cukup besar setiap tahunnya.
Dalam mengatur pemanfaatan danau tempe sebagai sumber penghasil ikan yang potensial, pemerintah Kabupaten wajo telah menetapkan regulasi (regulation). Kebijakan ini ditempuh untuk menumbuhkan iklim berusaha yang lebih kondusif antara para pelaku kegiatan di danau seperti nelayan, pengusaha dan pemerintah setempat sendiri. Sehingga di kawasan ini telah tercipta kondisi masyarakat yang damai sesuai dengan prinsip hidup masyarakat Wajo, yaitu Yassiwajori.