INIPASTI.COM – Calon Presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto, dikabarkan tengah mencari kandidat untuk posisi Menteri Keuangan di kabinetnya, jika berhasil terpilih dalam Pilpres 2024.
Meski begitu, nama Sri Mulyani tidak terdapat dalam daftar pertimbangan tersebut. Berdasarkan laporan media asing Bloomberg, Prabowo sedang mempertimbangkan setidaknya empat nama potensial, yaitu Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, dan Direktur Utama BNI Royke Tumilaar.
Sumber-sumber Bloomberg menekankan bahwa keempat nama tersebut dianggap paling sesuai untuk posisi Menteri Keuangan karena keahlian di bidang keuangan dan kepemimpinan yang efektif.
Mereka juga mencatat bahwa Prabowo tidak akan menganggap posisi Menteri Keuangan sebagai subjek tawar-menawar politik, melihatnya sebagai posisi yang memerlukan ketajaman dalam pengelolaan anggaran, di atas politik.
Walaupun nama-nama tersebut sedang dipertimbangkan, kemungkinan masih terbuka untuk perubahan, karena diskusi pembentukan kabinet masih berada dalam tahap awal.
Bloomberg mengungkapkan alasan Prabowo tidak memilih Sri Mulyani sebagai calon Menteri Keuangan karena kecenderungan Prabowo untuk mencari teknokrat yang memiliki pengalaman sebagai mantan bankir untuk mengisi posisi tersebut.
Bloomberg juga merinci bahwa calon Menteri Keuangan yang baru nantinya akan memiliki tanggung jawab besar, terutama dalam menghadapi risiko geopolitik dan gangguan rantai pasokan global dari persaingan AS-China.
Tugas utama termasuk menjaga disiplin fiskal untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, meyakinkan investor asing, dan memastikan pendanaan yang cukup untuk rencana pengeluaran besar Prabowo.
Salah satu rencana pengeluaran tersebut termasuk program makan siang gratis, yang diperkirakan memerlukan anggaran sebesar Rp460 triliun. Bloomberg menjelaskan bahwa Prabowo menekankan fokusnya pada peningkatan kesehatan dan pendidikan dengan program tersebut, yang diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja bagi perempuan dan usaha kecil.
Selain itu, kampanye lainnya mencakup seruan untuk ‘hilirisasi generasi muda’, mendorong mereka untuk mengambil pekerjaan di sektor teknologi yang menjanjikan gaji tinggi (sdn)