INIPASTI.COM, SUDIANG – Menjelang pemberangkatan Jemaah Calon Haji (JCH), dilakukan proses imigrasi di aula 3 Asrama Haji Sudiang. Mulai dari pembagian paspor hingga pemeriksaan barang bawaan. Hal itu pula dilakukan pada JCH Kloter 17 Embarkasi Makassar, Senin, (30/7/2018)
Proses imigrasi pada Kloter pertama Gelombang kedua Embarkasi Makassar ini memakan waktu lama. Proses tersebut dimulai sekira pukul 18.30 WITA dan berlangsung hingga pukul 20.20 WITA. Dari pantauan tim inipasti.com, ternyata masih banyak JCH yang membawa barang-barang yang dilarang untuk dibawa serta naik ke atas pesawat.
JCH pada Kloter 17 ini banyak yang kedapatan membawa sambal dan cabai dalam kemasan botol air mineral. Hingga pihak penerbangan berulang kali menyampaikan larangan itu lewat pengeras suara. Namun masih saja ditemukan sambal dengan merek serupa dalam koper jinjing JCH.
Mengenai larangan membawa sambal, ternyata tidak ada kaitannya dengan penerbangan. Namun, pihak Garuda melarang sesuai koordinasi dengan pihak kesehatan haji. Hal itu pun dibenarkan oleh Ketua Tim Kesehatan Haji Embarkasi Makassar, Darmawali Handoko.
“Sambal memang kita larang untuk dikonsumsi. Bahkan bukan cuma sambal, makanan dari luar pun kami larang untuk dikonsumsi oleh jemaah. Karena kan sudah disediakan makanan yang steril. Hal itu agar jemaah terhindar dari penyakit, terutama diare,” jelasnya.
Darmawali Handoko mengaku bahwa pihaknya harus memastikan bahwa JCH bebas dari penyakit menular. Karena ia mengatakan bahwa di Arab Saudi akan dipersulit bahkan ditahan jika JCH tersebut membawa penyakit menular. Hal itu pula yang menurutnya mengharuskan tim kesehatan ketat dalam hal makanan.
“Kami tiap malam adakan sweeping makanan di kamar-kamar jemaah. Karena makanan yang dikonsumsi selama di asrama haji harus yang steril, supaya tidak membawa penyakit. Jadi makanan yang dimakan tidak boleh makanan dari luar dari asrama haji, karena makanan steril dan sudah teruji lab sudah disediakan,” tambahnya.
Terkait banyaknya temuan sambal dan cabai pada koper JCH, Kabid Haji dan Bimas Islam Kanwil Kemenag Papua, Ahmad Furu mengatakan bahwa memang masyarakat Papua suka makan makanan yang pedas. Lidah orang Papua, kata dia, tidak enak jika makan tidak dengan sambal.
“Memang begitu di Papua, tidak enak rasanya kalau tidak pakai sambal. Tidak enak kalau tidak ada pedas-pedasnya,” ungkap Ahmad Furu. (Sule)