INIPASTI.COM, Rektor Universitas Terbuka Makassar Prof Ojat Darojat, M.Bus, Ph.D mengatakan dalam perjalanan sejarah pendidikan ditanah air, pemerintah mendirikan perguruan tinggi Universitas Terbuka didesain secara khusus dimana berbeda dengan perguruan tinggi lainnya baik itu perguruan tinggi negeri maupun swasta
Prof Ojat Darojat, mengatakan mengapa dinamakan UT karena terbuka kepada semua orang ( Open to People) yang dimaknai bahwa tidak ada lagi warga negara dimanapun mereka berada yang tidak punya kesempatan untuk mendapatkan layanan pendidikan tinggi, apakah itu orang yang sudah tua, masih muda, laki-laki, perempuan semuanya harus punya kesempatan untuk mendapatkan layanan pendidikan di Perguruan Tinggi.
Kemudian UT juga terbuka kepada tempat (open to places) maksudnya dimanapun mereka tinggal diseluruh penjuru tanah apakah itu di kota-kota besar maupun mereka berdomisili di daerah terpencil, dipuncak gunung, dipinggir pantai mereka harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk kuliah diperguruan tinggi.Jadi tidak boleh ada warga yang termarginalkan katanya.
“Jadi UT terbuka kepada orang ( open to people) dan juga terbuka kepada tempat (open to places),” ujar Prof Ojat
Rektor UT Prof Ojat mengatakan hal ini saat membuka Sentra Layanan UT (Salut) di Toraja, Makale, Sulsel, Jumat 17 Mei 2024. Hadir Wakil Bupati Toraja, Dr Zadrak Tombeq, Direktur UT Makassar, Prof Dr H Abdul Rahman Rahim, PJ PPs UT Makassar, Dra Ranak Lince, M.Pd, Kepala Salut Toraja Ribka Padang, sejumlah pejabat lingkup Pemda Toraja, tokoh masyarakat, tokoh agama, alumni serta mahasiswa.
Dikatakan UT mendapatkan amanah yang amat penting
yang diberikan pemerintah pada UT 40 tahun yang lalu dan mandat itu terus kita laksanakan implementasikan hingga saat ini.
Untuk melaksanakan mandat mulia ini maka UT didesain secara berbeda cara belajarnya tidak seperti perguruan tinggi yang belajarnya tatap muka atau sering disebut perguruan konvensional dimana UT cara belajarnya ditempuh secara jarak jauh.
Oleh karena itu bagi mereka yang tinggal dipuncak gunung, dipulau terluar di negeri ini tidak perlu meninggalkan domisilinya mereka masih bisa membantu orang tuanya bertani atau menangkap ikan di laut.
” Jadi anak petani mereka masih bisa tetap membantu kekuatan ekonomi orang tuanya dan pada saat bersamaan mereka bisa menjadi sarjana, magister dan bahkan Doktor,”ujarnya.
UT yang melaksanakan sistem belajar pleksibek tidak cukup untuk melaksanakan mandat tersebut maka UT oleh pemerintah diharuskan agar biaya UKT/SPP tidak boleh mahal, harus bisa terjangkau harus murah tetapi tidak murahan.
Oleh karena itu kalau kita melihat SPP UT per SKS pada kisaran 35 ribu per SKS atau paling mahal 85 ribu untuk mata kuliah yang mengandung unsur praktikum.
Bagi mereka yang mampu membeli paket semester yaitu hanya 1,5 juta dengan rata-rata 24 SKS.
Untuk membantu masyarakat yang tidak mampu UT juga menyiapkan beberapa beasiswa diantaranya KIP dari pemerintah, beasiswa berprestasi, beasiswa mitra UT dari lembaga perbankan. Dan pada tahun lalu UT siapkan sebesar 16 M untuk anggaran bagi beasiswa mahasiswa UT.
” Mudah-mudahan dengan cara yang ditempuh ini dan dengan hadirnya Salut di Tanatoraja akan semakin mendekatkan layanan UT kepada masyarakat yang ada disekitar Tanatorajaq dan sekitarnya,”tutup Prof Ojat.
Dikatakan di era digital ini, banyak orang mencari alternatif pendidikan yang fleksibel, berkualitas, dan terjangkau. Universitas Terbuka (UT) hadir sebagai solusinya. sekaligus jawaban atas kebutuhan tersebut.
UT merupakan satu-satunya Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia yang menerapkan sistem Pembelajaran Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ). Sistem ini memungkinkan mahasiswa belajar kapan pun dan di mana pun menggunakan berbagai perangkat elektronik yang terhubung internet.
Fleksibilitas ini menjadi daya tarik utama UT, terutama bagi para Gen Z dan Milenial yang ingin menyeimbangkan pendidikan dengan aktivitas sosial lainnya.