INIPASTI.COM, MAKASSAR – Temu Alumni Nasional Unhas 2016, yang dirangkaikan dengan dies natalis ke 60 universitas terbaik di luar Jawa itu menyisakan banyak cerita. Mulai dari ada alumni yang tidak hadir karena tidak merasa diundang, sampai ada alumni yang datang terlambat, dan dicuekin sama ketua umum IKA Unhas, Jusuf Kalla.
Ada juga yang berusaha memanfaatkan momentum Temu Alumni Nasional Unhas itu untuk menaikkan citra politik. Sampai-sampai JK mengingatkan, IKA itu hanya setingkat di atas kelompok arisan. Jangan gunakan IKA sebagai alat kampanye politik. JK tentu saja mencium adanya upaya alumni yang ingin menggunakan kesempatan itu untuk kampanye politik.
Ada beberapa alumni terbaik yang tidak sempat hadir pada acara yang berlangsung sangat meriah itu. Beberapa alumni yang menyandang jabatan sebagai bupati juga tidak nampak. Menteri Pertanian yang sangat kental ke-Unhasannya tidak nongol pada acara TAN di GOR Unhas, demikian juga alumni arsitek yang pernah menjadi dosen di Unhas, dan kini menjadi Walikota Makassar, tidak nampak di tengah-tengah keramaian di GOR.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman dikabarkan tidak hadir karena tidak mendapat undangan dari panitia. Sedangkan Walikota Makassar, ternyata hadir, tetapi tidak sempat memasuki GOR, karena terlambat.
Unhas telah melahirkan sejumlah tokoh nasional dan internasional. Sepanjang sejarah pemerintahan Indonesia, Syahrul Yasin Limpo adalah Gubernur pertama Sulsel yang tercatat sebagai alumni Unhas.
Salah satu penilaian untuk mengangkat peringkat Unhas di gelanggang internasional adalah performa alumni. Semakin banyak yang menjadi pemimpin pemerintahan, perusahaan multi nasional, peneliti dan penemu hak paten, maka rangking universitas akan meningkat, dan benar-benar akan menjadi bagian dari world class university.
Dalam upaya meningkatkan performa alumni, sejumlah akademisi dan alumni yang hadir pada Temu Alumni Nasional mengharapkan, pimpinan nasional pada 2019 dan Gubernur Sulsel pada 2018, adalah alumni Unhas.
Kita harus mempersiapkan alumni Unhas yang bisa menggantikan JK, dan mempersiapkan alumni yang bisa menggantikan SYL. Demikian, salah seorang alumni kedokteran yang bertugas di Surabaya mengharapkan masa depan alumni Unhas. Beberapa alumni lain memiliki nada yang seirama soal ini.
Pada percaturan politik nasional, alumni Unhas memiliki SYL, lapisan berikutnya ada Amran Sulaiman. Sedangkan untuk calon Gubernur Sulsel, ada Agus Arifin Numang, dan Nurdin Abdullah. “Sebagai alumni kita memiliki kewajiban moral untuk mendorong mereka. Peluang dan kesempatan ini tidak boleh hilang. Kita belajar bersatu untuk memastikan alumni Unhas bisa meraih tiket untuk kepemimpinan di daerah dan nasional.
Kita harus hati-hati jangan sampai alumni Unhas diadu domba oleh kekuatan di luar Unhas. Ujar seorang perempuan tomboy yang berprofesi sebagai manajer salah satu bank swasta di Jakarta.
Menempatkan alumni pada posisi-posisi strategis menjadi sangat penting. Posisi itu sangat membantu menfasilitasi Unhas untuk terus maju dan menjadi universitas yang bergengsi di tingkat dunia.
Mau tidak mau, pertemuan alumni yang dikemas secara informal itu, diam-diam terselip harapan dan keinginan yang bersifat politis, menjadikan alumni Unhas sebagai Gubernur dan menjadi Pimpinan Nasional.
Apakah Unhas dan alumninya akan mampu menyatukan kekuatannya untuk mewujudkan harapan politiknya itu? Jawabanya, sangat ditentukan oleh kemampuan Unhas dan alumninya membaca signal politik yang ada. Harus bisa memahami kondisi politik secara faktual. Unhas dan alumninya tidak boleh mengedepankan romantisme dan emosi politik, tetapi harus mengikuti referensi publik. Kuncinya, kesatuan dan persatuan.